Mohon tunggu...
Annisa Hapsari
Annisa Hapsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo semuanya selamat datang!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berdirinya Viea Craft Jogja di Tengah Pandemi Covid-19

14 Desember 2022   11:11 Diperbarui: 14 Desember 2022   11:22 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

YOGYAKARTA - Adanya pandemi Covid-19 berdampak pada menurunnya aktivitas perekonomian. Hal inilah yang melatar belakangi berdirinya UMKM kerajinan anyaman Viea Craft Jogja yang berkembang dari awal pandemi hingga saat ini. 

Bapak Edi selaku pelopor kerajinan anyaman tersebut mengatakan bahwa usaha yang dimilikinya merupakan usaha yang tidak terencana. Berawal dari masyarakat yang tidak memiliki kegiatan di tengah pandemi sehingga muncullah ide untuk mengajak masyarakat belajar menganyam bersama melalui video di Youtube. 

Pemilik usaha menganggap masyarakat disekitar rumah produksi yang beralamat di Gang nogobondo, Gg. VI Jl. Ki Penjawi, RT.50/RW.08, Rejowinangun, Kec. Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55171 sebagai rekan kerja bukan karyawannya. Ia tidak mematok jam kerja para pengrajin asalkan sesuai target yang disepakati.

Awal berdirinya usaha ini memerlukan modal awal sekitar Rp 2.000.000,00-Rp 3.000.000,00. Jenis produk yang diproduksi bervariasi mulai dari Wall Decor benang macrame, box enceng makrame, keranjang banana makrame, placemate makrame, sarung bantal makrame, dan masih banyak lagi. Bahan yang digunakan untuk membuat kerajinan ini adalah benang makrame, pelepah pisang, dan enceng gondok. Produk diproduksi dengan sistem pre-order dan dapat di custom sesuai dengan keinginan customer. 

Produk Viea Craft Jogja, Dok. pribadi
Produk Viea Craft Jogja, Dok. pribadi

Untuk memasarkan produknya, pemilik menggunakan berbagai cara. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan platform media sosial seperti Instagram dan WhatsApp. Selain itu juga memiliki relasi dengan toko di Kasongan dan Bali. Harga dipatok mulai dari puluhan ribu hingga jutaan. Produk melewati quality control sebelum pengiriman.

"Karena sistemnya borongan, jadi saya tidak terikat harus bayar perbulan kepada pengrajin, sehingga mereka boleh produksi atau tidak juga tidak masalah. Gaji yang diberikan kepada pengrajin itu sesuai dengan banyaknya produk yang dihasilkan" Ujar pemilik.

Dosen Pengampu: Azwar, S.E., M.M.

Penulis: Annisa Hapsari, Jesy Noraini, Khoirunnisa' Amalia Putri, dan Maria Ekardis Asa

Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun