Mungkin yang terlintas di pikiran jika mendengar kata reality show di Indonesia ini adalah program-program seperti Dunia Lain, Uya Bukan Kuya, Termehek-Mehek, dan masih banyak lagi program-program yang mengaku sebagai “reality show". Dan hebatnya lagi, program-program tersebut menjadi “senjata utama” di stasiun TV yang menayangkannya. Saya cuma bisa kasihan melihat program TV Indonesia yang seperti itu.
Miris sebenarnya melihat tayangan-tayangan tersebut. Power yang dimiliki oleh media massa, khususnya TV, sangat besar. Dan seharusnya dengan dengan kekuatan sebesar itu, para pelaku media, yang dengan mudah “memasuki” pikiran penonton, mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mengontrol perilaku masyarakat Indonesia. Menurut saya, tayangan-tayangan Indonesia yang ada sekarang belum cukup mendidik untuk bisa membuat penonton menjadi lebih pintar, bahkan di beberapa tayangan malah berkesan membodohi penontonnya. Saya tidak perlu membahas tayangan-tayangan tersebut, Anda pun pasti sudah tau. Tapi toh Anda tidak bisa berbuat apa apa untuk protes. Tayangan seperti itu lah yang mempunya rating tinggi di Indonesia, aneh yah..
Beberapa waktu lalu, saya lihat ada sebuah iklan program reality show tentang polisi di sebuah stasiun TV swasta baru. Program itu diberi judul 86, saya masih belum ngerti kenapa diberi judul itu, padahal kita tahu kalau kode 86 di Indonesia sudah negatif artinya. Pertama lihat iklannya saya nggak terlalu tertarik untuk nonton program itu, karena jujur saja saya agak malas sama yang namanya polisi, terlebih lagi membawa label reality show. Tapi kemudian saya mendapat cerita dari teman kalau dia kena tilang polisi, dan saat ditilang pada waktu itu ada kamera yang meliput. Nggak lama dia melihat dirinya masuk di tayangan 86 (nggak kebayang malunya seperti apa hahahahaha). Sejak saat itu saya jadi penasaran, reality show seperti apa sih 86 itu.
Dan setelah saya nonton tayangannya, waktu itu saya lihat episode tentang Metro Mini yang menabrak motor di salah satu perempatan, saya langsung berpikir kalau tayangan ini nggak mungkin direkayasa. Gimana caranya merekayasa kejadian tabrakan seperti itu, talent mana yang mau rela ditabrak hanya untuk dibayar 100-200ribu? Saya juga sempat lihat episode dimana saat itu terjadi kasus tawuran yang berakhir chaos, sampai polisi harus melepas gas air mata. Saya nggak menemukan cara gimana kejadian itu bisa direkayasa. Ya intinya, pada akhirnya saya percaya ada reality show yang benar benar real yang dibuat oleh stasiun TV Indonesia.
Dan nggak hanya itu, di setiap kasus yang ditangani, mau kasus lalu lintas ataupun pidana, selalu ada nilai yang diberikan untuk penontonnya. Jadi masyarakat secara tidak langsung menjadi aware dan belajar. Seperti saya yang sekarang menjadi malu kalau mau masuk jalur bus TransJak atau jadi takut kalau mau bermain hp saat sedang nyetir. Dan selain itu, yang menarik dari 86 ini adalah, saya dapat melihat bahwa polisi hanyalah manusia biasa seperti kita semua. Pandangan saya terhadap polisi Indonesia mulai perlahan-lahan berubah. Well, semoga nggak cuma saya yah yang melihat ada sedikit titik terang dalam tayangan TV Indonesia dan punya nilai bagus untuk masyarakat. Paling tidak, masih ada orang yang peduli akan nasib bangsa Indonesia. Good job :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H