pagelaran wayang sebagai acara puncak dari rangkaian kegiatan mata kuliah Proyek Kepemimpinan. Puncak pagelaran berlangsung di Sanggar Gumelaring Sasangka Aji (GSA) Bunulrejo, Malang yang melibatkan tiga dalang cilik berbakat.
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam Kelompok 2 Swayangkara Prodi Bahasa Indonesia sukses menggelarPagelaran ini merupakan lanjutan dari workshop kepenulisan cerita fiksi bertema budaya yang sebelumnya diadakan pada Sabtu (13/7/24) untuk seluruh anggota Sanggar GSA dan peserta umum. Proyek tersebut mengusung tema "Memelihara Seni Wayang Nusantara melalui Literasi Budaya", dengan tujuan melestarikan seni pewayangan sekaligus meningkatkan literasi budaya di kalangan generasi muda. Fanny Mahendra Kurniawan, ketua proyek, menyebutkan bahwa acara ini menjadi langkah nyata untuk mengenalkan dan melestarikan seni wayang kepada generasi penerus dan upaya menangani kasus kecanduan gadget pada anak-anak.
Kegiatan proyek berlangsung selama dua bulan, yakni melalui proses pelatihan kepenulisan dengan tujuan membangun kreatifitas anak-anak melalui tokoh-tokoh pewayangan yang sudah tidak asing bagi anggota muda sanggar GSA dan ditutup dengan acara pagelaran. Selain itu, dengan adanya pelatihan kepenulisan diharapkan menjadi wadah sekaligus mempromosikan wayang kepada pembaca. Mengingat adanya rasa kurang percaya diri yang dialami oleh para pemain wayang muda untuk mengenalkan budaya wayang pada masyarakat luas seperti yang diungkapkan oleh salah satu dalang cilik di sanggar GSA.
Acara workshop kepenulisan menghadirkan pemateri dari Malang, yakni Prima Dewanti, S.E yang merupakan salah satu penulis senior. Materi yang diberikan yaitu tentang tips menulis cerita fiksi yang tokoh-tokoh dan ceritanya diambil dari kisah para wayang terkenal, seperti Gatot Kaca, Mahabharata, dan sebagainya. Kegiatan ini secara tidak langsung memberi manfaat bagi para dalang cilik dalam mengembangkan cerita wayang, khususnya naskah wayang di kemudian hari. Workshop diikuti oleh lebih dari 15 peserta yang berasal dari Malang. Hasil karya peserta kemudian dipublikasikan menjadi sebuah buku antologi cerpen.
Setelah acara workshop, anggota muda sanggar GSA mulai dari yang masih SD hingga SMA mulai berlatih untuk persiapan acara pagelaran. Acara pagelaran diselenggarakan Sabtu (27/7/24) di sanggar GSA. Kisah yang diangkat dalam pagelaran yaitu “Gatotkoco Winisuda” yang dimainkan oleh tiga dalang cilik berbakat asal Malang, diantaranya Ki Haidar, Ki Emil, dan Ki Fabiano. Ketiga dalang cilik tersebut masih bersekolah di sekolah dasar yang ada di Malang. Sementara para pemain musik juga masih berstatus sebagai pelajar sekolah dasar dan sekolah menengah.
“Kami berterima kasih kepada mahasiswa PPG dari UMM yang sudah memberikan pelatihan menulis cerita wayang kepada anak-anak di sanggar GSA karena kegiatan ini merupakan suatu kegiatan yang sangat positif. Saya merasa senang karena adik-adik mahasiswa masih memiliki kepedulian terhadap budaya kita. Saya berharap agar cerita-cerita pewayangan tidak dilupakan karena itu merupakan identitas budaya kita yang harus dilestarikan,” tutur Sugianto, A.Ma.Pd. selaku pemilik sanggar saat memberikan sambutan pada acara pagelaran wayang.
Selain itu, Fida Pangesti, S.Pd.MA. selaku dosen pembimbing juga turut merasa senang dengan terselenggaranya acara puncak pagelaran wayang yang diinisiasi oleh kelompok 2 Swayangkara, sebab acara tersebut mampu memberikan dampak positif bagi seluruh pihak serta dapat mempererat hubungan kerja sama antara mahasiswa dan pihak sanggar sebagai salah satu komunitas budaya wayang di Malang.
Acara workshop dan pagelaran tentu tidak luput dari bantuan para pelatih di sanggar GSA. Para pelatih dan mahasiswa saling berkoordinasi untuk mewujudkan proyek tersebut. Tri Sula Wedha, M.Sn. selaku salah satu pelatih di sanggar GSA mengungkapkan rasa terima kasih dengan adanya kerja sama yang luar biasa, khususnya kegiatan kepenulisan yang sebelumnya belum pernah dilakukan di sanggar wayang. Kegiatan dari mahasiswa UMM mencerminkan prodi yang diampu, yakni prodi bahasa Indonesia. Hal yang berkesan yakni kegiatan tidak hanya berfokus pada literasi, namun juga menggandeng unsur budaya sehingga perpaduan kedua hal tersebut dapat memberikan pengalaman yang berharga baik bagi seniman wayang maupun mahasiswa. Pengenalan budaya wayang tidak hanya bisa dilakukan melalui pagelaran, namun juga bisa dikemas melalui kegiatan literasi. Semua itu tentu semata-mata bertujuan untuk melestarikan budaya bangsa dan mencerdaskan generasi melalui kegiatan literasi. Semakin banyak akedemisi yang peduli terhadap isu budaya dan literasi, maka dua hal tersebut akan terus lestari di Indonesia.
Annisa’ Fitria Zulaikha
Mahasiswa PPG Prajabatan Prodi Bahasa Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
Email : Annisafz87@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H