Istilah pebelajar sepanjang hayat sudah tidak asing lagi, utamanya dalam dunia pendidikan. Istilah itu erat kaitannya dengan seorang guru. Menjadi guru memang tidak cukup hanya belajar pada saat menempuh pendidikan sekolah dan perguruan tinggi saja, melainkan proses belajar harus terus dijalankan hingga akhir hayat. Namun, masalahnya, apakah semua guru sudah memiliki kesadaran untuk belajar sepanjang hayat?
Belajar sepanjang hayat perlu ditanamkan dalam jiwa, sebab tidak akan lahir generasi emas tanpa adanya sosok guru yang berkualitas. Di era saat ini, perkembangan terjadi begitu pesat dalam berbagai bidang, tak terkecuali bidang pendidikan. Hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mampu beradaptasi dan berkembang sesuai zamannya. Guru yang tidak memiliki jiwa pebelajar cenderung abai dan bersikap apatis terhadap kemajuan zaman, padahal kualitas guru sangat berpengaruh terhadap kualitas peserta didik yang dihasilkan.
Kesadaran untuk terus belajar sangat penting dimiliki oleh seorang guru, mengingat sejarah pendidikan di Indonesia tidak didapatkan dengan mudah. Konon, pendidikan di Indonesia terbatas hanya untuk golongan tertentu. Pendidikan di Indonesia telah diperjuangkan mati-matian oleh para pahlawan bangsa, salah satunya Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia. Perjalanan pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran besar Ki Hajar Dewantara. Jika menapaktilasi kehidupan Ki Hajar Dewantara maka akan tercermin bagaimana perjuangan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Meski harus menghadapi banyak tantangan, Ki Hajar Dewantara tak gentar menyuarakan gagasannya demi kemajuan pendidikan Indonesia. Lantas, apakah guru akan membiarkan perjuangan Bapak Pendidikan Indonesia sia-sia begitu saja? Mulai dari masa pemerintahan kolonial hingga pasca kemerdekaan, pendidikan di Indonesia terus diupayakan agar semakin baik. Tujuannya tentu untuk menciptakan generasi emas yang merdeka dalam belajar.
Sebelum mencetak peserta didik yang merdeka, guru harus terlebih dahulu menjadi manusia merdeka. Manusia merdeka menurut Ki Hajar Dewantara adalah seseorang yang secara lahir dan batin merdeka, tidak bergantung pada orang lain. Seseorang yang merdeka akan mampu berdiri di atas kakinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Untuk mencapai predikat manusia merdeka yang notabene tidak bergantung pada orang lain, maka guru harus mampu mengusai berbagai hal. Cara untuk menempuh semua itu tentunya harus dengan belajar. Pada akhirnya, semua akan kembali pada kata "belajar". Guru yang baik tidak hanya mau mengajar, tapi juga harus mau belajar terus sepanjang hayatnya.
Guru yang memiliki jiwa pebelajar akan mampu mengikuti perkembangan zaman. Seperti saat ini yang telah memasuki abad 21 atau dikenal dengan era digital. Teknologi sudah harus menjadi makanan sehari-hari guru, sebab tanpa teknologi maka guru tidak akan bisa menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Guru harus mampu menguasai teknologi sebaik peserta didik. Lain halnya jika guru tidak mau belajar teknologi, maka pembelajaran yang dihasilkan juga akan kurang maksimal. Namun, tidak sedikit guru-guru yang teguh pada pendiriannya untuk tetap mengajar secara konvensional dan enggan belajar teknologi. Umumnya, kebanyakan guru senior yang mengalami kesulitan dalam penerapan teknologi, seperti faktor penglihatan yang sudah berkurang dan daya ingat yang menurun. Selain itu, adanya pola pikir "meremehkan" yang berpikir bahwa teknologi hanya menjadi tugas atau bagian guru-guru muda saja, dan guru senior tinggal meminta tolong pada guru muda. Hal itu menjadikan guru-guru senior malas untuk belajar teknologi. Namun, hal itu tentunya tidak menjadi hambatan dalam belajar, sebab tidak sedikit juga guru-guru senior yang memiliki semangat tinggi belajar teknologi. Semua itu didasarkan akan kebutuhan dan kesadaran bahwa teknologi memang sudah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudahan akses teknologi memberikan kesempatan belajar yang tinggi bagi guru. Saat ini pun banyak pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan secara gratis, baik luring maupun daring. Dengan mengikuti banyak pelatihan, guru sudah melaksanakan proses belajar. Selain itu, untuk semakin meningkatkan profesionalitas guru, pemerintah juga membuka program Pendidikan Profesi Guru (PPG) baik prajabatan maupun dalam jabatan. Program PPG juga menjadi salah satu cara terbaik untuk meneruskan keinginan belajar guru, sebab dengan mengikuti PPG maka guru akan "digodog" lagi untuk berproses dan berprogres sesuai kebijakan terbaru dalam pendidikan. Program PPG juga mendapat bantuan biaya pendidikan dari pemerintah sehingga guru tidak perlu memikirkan biaya pendidikan. Bagi guru yang memiliki jiwa pebelajar sepanjang hayat tentunya akan merespon positif program PPG ini. Meskipun begitu ada juga guru-guru yang enggan karena malas untuk berpikir lagi.
Jiwa pebelajar sepanjang hayat penting untuk terus ditumbuhkan dalam diri seorang guru. Belajar dapat dilakukan melalui apapun, siapapun, dimanapun dan kapanpun, tanpa batas ruang dan waktu. Guru dapat menambah kapasitas diri dengan cara belajar sepanjang hayat guna mengantarkan peserta didik menjadi manusia merdeka sesuai dengan yang digagas Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan kebudayaan harus dinamis, artinya terus berubah dan berkembang sesuai zamannya. Dengan begitu, guru yang berkualitas menjadi ujung tombak perubahan dalam mencetak generasi emas dan menyongsong Indonesia emas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H