Mohon tunggu...
Posko19_Kel Gedawang
Posko19_Kel Gedawang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Feb's World

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kerja Nyata Prabowo: Tidak Hanya Omon, Omon, Omon, Kerjanya Omon Saja

3 Mei 2024   07:36 Diperbarui: 3 Mei 2024   07:36 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tintahijau.com

Media massa dan sosial menjadi semakin besar dari hari ke hari. Dampak yang disebabkannya pun tidak main-main. Penggunaannya pun telah mencapai seluruh sendi kehidupan, termasuk dalam ranah politik. Pilpres telah selesai, namun masih sangat hangat untuk diperbincangkan. Sebab salah satu tahapannya mengingatkan kita akan banyaknya pemimpin yang hanya bermodalkan obral janji manis, namun nol besar dalam perwujudannya, yakni pada masa kampanye. Hal ini pun sudah bukan menjadi hal aneh lagi di Indonesia. Seperti yang akhir-akhir ini terus bermunculan, yaitu banyaknya pejabat negara di era Jokori yang terjerat kasus korupsi. Hal ini tentu bertentangan dengan salah satu janjinya pada Pilpres 2019, yakni pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya. Sedangkan jika kita menilik kembali pada masa pemerintahan BJ. Habibie, beliau telah berhasil mendirikan pondasi dalam pemberantasan korupsi, yaitu dengan berdirinya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang tentu telah didahului oleh berbagai kebijakan yang menjadi pendukungnya. Langkah tegas inilah yang tidak lagi kita temukan di era presiden saat ini. Jejak-jejak kinerja para pemimpin ini sudah dan mungkin akan terus ditulis ulang oleh para warganet di media sosial, yang tentu akan membentuk citra objek yang ditulisnya.

Janji kampanye sesungguhnya merupakan sebuah cita-cita mulia yang hendak dicapai selama masa kepemimpinan sang penyampai janji tersebut. Namun, seringkali janji-janji ini hanya digunakan sebagai alat untuk mengantongi suara masyarakat agar dapat menduduki kursi kepemimpinan. Dan sebagai masyarakat biasa tanpa jabatan politik apapun, hal ini dapat menjadi boomerang bagi kita semua, dan tidak banyak yang bis akita lakukan untuk mengatasi hal ini. Sebab, masa depan negara sangat dipertaruhkan. Sehingga, kehadiran Prabowo sebagai calon presiden menjadi angin segar bagi masyarakat. Sebab, rekam jejaknya sebagai Menteri Pertahanan yang sangat memuaskan, yakni benar-benar "bekerja". Bahkan setelah komentar ikoniknya pada debat capres ketiga lalu, "tidak hanya omon, omon, omon. Kerjanya omon saja", banyak beredar di media sosial foto dan video Prabowo ketika menjalankan tugasnya, bahkan terdapat sebagian masyarakat yang memberikan kesaksiannya di kolom komentar terkait kedermawanan seorang Prabowo yang selalu berbagi sembako kepada seluruh tetangganya. Hal ini tentu mendulang respon positif dari para warganet.

Berdasarkan apa yang telah terjadi selama ini, masyarakat tidak tahu apa yang dapat mereka lakukan untuk mengawal janji politik ini. Namun, sebagai warga negara yang baik kita dapat menggugatnya, meskipun hal ini nantinya belum tentu berakhir seperti apa yang diharapkan, karena akan sangat sulit untuk dikabulkan oleh pihak pengadilan. Sebab, janji politik yang disampaikan oleh para calon pemimpin pada masa kampanye ini dilakukan secara lisan, tanpa kontrak yang mengikat secara hukum. Sehingga, tidak ada sanksi hukum yang menanti para pemimpin pengingkar janji ini. Meski begitu, ada nilai moral yang sangat kental di dalamnya. Jadi, pengingkaran janji politik akan membuat masyarakat menjadi tidak dan sulit untuk memercayai sang pemilik janji. Terlebih adanya berbagai platform media sosial yang digunakan warganet untuk mengkritisi hal ini dengan berbagai video kampanye yang disebarkan di dalamnya, yang juga akan menjadi rekam jejak media yang tidak akan hilang dan terlupakan.

Menurut Bahtiar selaku pengamat politik dari Universitas Halu Oleo (zonasultra.id, 2016), bahwa calon pemimpin hendaknya tidak terlalu sering memberikan janji-janji politik yang belum pasti dapat dipenuhi. Sebab, ia menilai bahwa masyarakat sudah pada tahap muak dan jenuh dengan adanya janji-janji tersebut. Lagi pula cara ini sudah tidak efektif untuk dilakukan, mengingat generasi muda sebagai pendominasi jumlah pemilih dalam pemilu tahun 2024 ini. Generasi muda identik dengan kepiawaiannya dalam mengakses teknologi, termasuk media sosial. Sehingga, kemampuan ini dapat memengaruhi perspektifnya terhadap para calon pemimpin. Terlebih rekam jejak media telah sejak lama digadang-gadang sebagai suatu hal yang sangat krusial yang menentukan kehidupan kita ke depannya. Apabila rekam jejak media kita buruk, kita harus siap untuk terus dipandang dengan citra buruk itu sampai kapan pun, begitupun sebaliknya.

Prabowo telah berhasil menjadi contoh nyata bahwa rekam jejak media yang bahkan bukan diunggah langsung olehnya, namun oleh masyarakat ini mampu membuatnya menjadi pemenang pemilihan presiden 2024. Bahkan, beliau berhasil mendapatkan 96.214.691 suara yang berarti 96 juta lebih masyarakat Indonesia memberikan kepercayaannya kepada pasangan Prabowo-Gibran. Tidak jarang masyarakat meninggalkan jejak komentarnya, seperti pada video konten tentang Prabowo yang mulai melalukan uji coba pengimplementasian kebijakan makan siang gratis dan susu pada sebuah sekolah yang terletak di Jawa Barat yang diwakili oleh Airlangga Hartatanto dengan komentar template, seperti "kok udah dikerjain sih pak, kan harusnya janji dulu".

Lalu apakah kerja nyata ini akan terus berjalan selama satu periode kepemimpinan Prabowo atau akan berakhir menjadi janji manis yang terlupakan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun