Mohon tunggu...
Annisa Nur Fauziah
Annisa Nur Fauziah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP yang sekedar ingin berkontribusi melalui tulisan dan opini tentang Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Monumen Rushmore AS: Kuil Demokrasi atau Kuil Kemunafikan?

22 Maret 2014   05:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="Rushmore Mt"][/caption] Saya berkeinginan untuk menulis artikel ini segera setelah melihat tayangan yang membahas tentang alasan dibalik dibangunnya Gunung Rushmore yang kini menjadi salah satu monumen nasional Amerika Serikat di Hisory HD Channel. Tayangan tersebut menurut saya pribadi sangat bermanfaat dan informatif, untuk itu saya ingin berbagi apa yang saya saksikan hari ini kepada kompasianer. Gunung Rushmore dipahat oleh seniman terkemuka keturunan Denmark-Amerika, Borglum. Ayah dan anak Borglum ini berinisiasi untuk memahat wajah empat kepala negara Amerika Serikat sebagai ikon sejarah agar dapat dikenang dan membangkitkan rasa patriotisme warga negara AS yang melihatnya. Patung empat kepala negara Amerika Serikat yang terkenal sebagai "Kuil Demokrasi" ini terletak di South Dakota. Keempat kepala negara AS yang terpahat di Gunung Rushmore adalah Abraham Lincoln, George Washington, Thomas Jefferson, dan Theodore Roosevelt. Lantas, misteri apa yang menjadikan "kuil demokrasi" ini menjadi kontroversial? Monumen ini menjadi kontroversial karena diketahui lokasinya merupakan tempat tinggal para penduduk asli Amerika, Indian. Masa pembangunan monumen tersebut adalah masa kelam yang menjadi potret nyata rasialisme dengan politik supremasi kulit putih di negeri Paman Sam tersebut. Berdasarkan pada hal tersebut, tim peneliti dari History Channel kemudian mencurigai alasan sebenarnya dibalik pembangunan kuil demokrasi yang diinisiasi oleh Borglums. Beberapa narasumber menyebutkan sebuah petunjuk yang mengarah pada keterkaitan antara Borglum dengan Ku Klux Klan. (Ku Klux Klan adalah kelompok rasis ekstrem Amerika terobsesi untuk membantai kaum kulit hitam, yahudi, katolik, dan imigran Asia). Kaum Indian yang termarjinalisasi kemudian menyebut "kuil demokrasi" sebagai "kuil kemunafikan". Kebencian kaum Indian tersebut cukup masuk akal karena ibu pertiwinya direbut dan diatasnamakan demokrasi. Seperti kita ketahui, Amerika Serikat merupakan negara yang selalu menyerukan asas demokrasi. Namun, pada kenyataannya pembangunan "kuil demokrasi" itu sendiri ternyata tidak berlandaskan asas demokrasi. Di bagian akhir tayangan History Channel, terdapat bagian yang saya suka ketika tim peneliti menyimpulkan temuan mereka. "Monumen Rushmore tetap menjadi kebanggan bangsa Amerika, namun gagal dimaknai sebagai simbol demokrasi dengan banyaknya spekulasi yang muncul."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun