[caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="Rushmore Mt"][/caption] Saya berkeinginan untuk menulis artikel ini segera setelah melihat tayangan yang membahas tentang alasan dibalik dibangunnya Gunung Rushmore yang kini menjadi salah satu monumen nasional Amerika Serikat di Hisory HD Channel. Tayangan tersebut menurut saya pribadi sangat bermanfaat dan informatif, untuk itu saya ingin berbagi apa yang saya saksikan hari ini kepada kompasianer. Gunung Rushmore dipahat oleh seniman terkemuka keturunan Denmark-Amerika, Borglum. Ayah dan anak Borglum ini berinisiasi untuk memahat wajah empat kepala negara Amerika Serikat sebagai ikon sejarah agar dapat dikenang dan membangkitkan rasa patriotisme warga negara AS yang melihatnya. Patung empat kepala negara Amerika Serikat yang terkenal sebagai "Kuil Demokrasi" ini terletak di South Dakota. Keempat kepala negara AS yang terpahat di Gunung Rushmore adalah Abraham Lincoln, George Washington, Thomas Jefferson, dan Theodore Roosevelt. Lantas, misteri apa yang menjadikan "kuil demokrasi" ini menjadi kontroversial? Monumen ini menjadi kontroversial karena diketahui lokasinya merupakan tempat tinggal para penduduk asli Amerika, Indian. Masa pembangunan monumen tersebut adalah masa kelam yang menjadi potret nyata rasialisme dengan politik supremasi kulit putih di negeri Paman Sam tersebut. Berdasarkan pada hal tersebut, tim peneliti dari History Channel kemudian mencurigai alasan sebenarnya dibalik pembangunan kuil demokrasi yang diinisiasi oleh Borglums. Beberapa narasumber menyebutkan sebuah petunjuk yang mengarah pada keterkaitan antara Borglum dengan Ku Klux Klan. (Ku Klux Klan adalah kelompok rasis ekstrem Amerika terobsesi untuk membantai kaum kulit hitam, yahudi, katolik, dan imigran Asia). Kaum Indian yang termarjinalisasi kemudian menyebut "kuil demokrasi" sebagai "kuil kemunafikan". Kebencian kaum Indian tersebut cukup masuk akal karena ibu pertiwinya direbut dan diatasnamakan demokrasi. Seperti kita ketahui, Amerika Serikat merupakan negara yang selalu menyerukan asas demokrasi. Namun, pada kenyataannya pembangunan "kuil demokrasi" itu sendiri ternyata tidak berlandaskan asas demokrasi. Di bagian akhir tayangan History Channel, terdapat bagian yang saya suka ketika tim peneliti menyimpulkan temuan mereka. "Monumen Rushmore tetap menjadi kebanggan bangsa Amerika, namun gagal dimaknai sebagai simbol demokrasi dengan banyaknya spekulasi yang muncul."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H