Apakah kita akan tetap tunduk pada kepunahan keanekaragaman hayati yang semakin mendekat? atau kita akan mengambil langkah konkret untuk melindungi dan melestarikan warisan alam yang tak ternilai?
Sebab, punahnya keanekaragaman hayati Indonesia akan menyebabkan krisis lingkungan dan sosial mendalam, yang dampaknya bisa dirasakan oleh generasi mendatang. Jika dibiarkan kita akan mengalami berbagai konsekuensi berat.
Seperti kehilangan ekosistem dan fungsi alaminya, kerugian ekonomi, kehilangan sumber obat-obatan, perubahan iklim yang lebih cepat, krisis pangan hingga kehilangan identitas budaya.
Sayangnya, aktivitas manusia, perubahan iklim, dan eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara berlebihan telah menempatkan banyak spesies dan ekosistem dalam bahaya besar. Beberapa faktor utama yang berkontribusi pada penurunan keanekaragaman hayati di Indonesia, antara lain:
1. Deforestasi dan Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut Forest Watch Indonesia (FWI), Indonesia kehilangan sekitar 684.000 hektar hutan setiap tahunnya. Deforestasi ini terutama disebabkan oleh perluasan perkebunan kelapa sawit, penebangan kayu secara ilegal, dan aktivitas pertambangan. Kehilangan hutan tersebut berarti juga kehilangan habitat bagi banyak spesies yang bergantung pada ekosistem hutan untuk bertahan hidup.
Bill Laurance, Direktur Center for Tropical Environmental and Sustainability Science di James Cook University, menyatakan bahwa "Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa tingginya tingkat deforestasi di Indonesia berdampak pada penurunan populasi spesies-spesies tersebut. Salah satu contohnya dapat dilihat dari berkurangnya populasi orangutan Tapanuli, badak Sumatera, gajah Sumatera, gajah Kalimantan, dan harimau Sumatra," kata Laurance dikutip dari artikel VOA Indonesia berjudul “Ilmuwan: Upaya Konservasi di Indonesia Terancam.”
2. Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar
Maraknya perburuan ilegal dan perdagangan satwa liar masih menjadi masalah pelik yang masih dihadapi hingga kini. Harimau Sumatra, Orang Utan, dan spesies burung langka sering menjadi target perburuan untuk diambil bagian tubuhnya atau diperdagangkan sebagai hewan peliharaan eksotis.
Terkait perburuan liar, Laurance juga menyatakan bahwa banyak satwa liar—termasuk yang dilindungi—telah diambil secara ilegal dari Indonesia oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan dijual ke luar negeri. Salah satu pasar utamanya adalah China, dengan komoditas yang diekspor termasuk trenggiling, cula badak, dan tulang harimau, yang biasanya digunakan dalam pengobatan tradisional.
3. Perubahan Iklim