Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak akan pernah terlepas dari berbagai penilaian dan tindakan yang seharusnya dilakukan di masyarakat. Tidak jarang, lingkungan sekitar memberikan penghakiman atas perilaku yang dipilih, tidak terkecuali ranah gender. Tidak asing lagi di telinga ketika masyarakat berusaha menciptakan pengkotakan sikap dan perilaku bagi seseorang. Seperti halnya sebagian masyarakat masih berpandangan bahwa perempuan memiliki kodrat sumur dapur kasur, di lain sisi laki-laki juga dibentuk agar memiliki sifat yang tegas dan kuat. Hal ini kemudian menjadi menarik untuk dibahas lebih lanjut melalui kajian ilmu sosiologi keluarga dan gender.
Sosiologi keluarga merupakan kajian ilmu mengenai keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat berdasarkan tahapan perkembangan keluarga hingga hubungan antar anggota keluarga serta peran jenis kelamin di dalam keluarga. Dalam hal ini, keluarga diidentifikasi berdasarkan hubungan darah, ikatan pernikahan, ataupun hubungan adopsi. Sebagaimana di dalam keluarga terdapat kesepakatan peran antara laki-laki dan perempuan, yang mana masing-masing individu harus mengetahui posisinya dan mematuhi sistem sosial yang berlaku.
Sehingga pembahasan mengenai sosiologi keluarga ini tidak terlepas dari sosiologi gender. Sebagaimana sosiologi gender mengkaji perilaku yang melekat pada perempuan dan laki-laki berdasarkan hasil konstruksi masyarakat. Hal yang perlu diingat, bahwa gender bukan diartikan sebagai jenis kelamin. Melainkan, gender merupakan karakteristik yang terbentuk berdasarkan kesepakatan di masyarakat. Seperti halnya peran dari masing-masing individu ditentukan berdasarkan kondisi sosial dan budaya yang berbeda.
Urgensi mempelajari sosiologi keluarga dan gender ditandai dengan hadirnya fenomena sosial mengenai peranan seseorang di dalam keluarga yang dipengaruhi oleh faktor gender. Seperti halnya di dalam keluarga seringkali dijumpai ketidakseimbangan antara peran individu yang kemudian memunculkan tumpang tindih. Dengan kata lain, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak memahami peran yang disepakati di dalam keluarga maka dapat memunculkan ketidakharmonisan. Hal ini bukan berarti perempuan diharuskan berdiam di rumah sedangkan laki-laki banting tulang mencari nafkah. Melainkan, kedua belah pihak menyepakati peran dan posisi masing-masing tanpa memaksakan kehendak hanya karena ingin terlihat hebat.
Fenomena sosial yang menyangkut pembagian peran berbeda antara perempuan dan laki-laki di ranah keluarga menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut. Sehingga melalui ilmu sosiologi keluarga dan gender bermanfaat untuk menganalisis dan menemukan solusi dari suatu permasalahan yang ada. Hal ini juga bermanfaat dalam menentukan pola tindakan yang dipilih dalam menciptakan suatu keharmonisan di ranah keluarga demi menghindari munculnya penyimpangan sosial di masyarakat. Dengan kata lain, keluarga merupakan sosialisasi primer yang diterima oleh individu dan menjadi tempat bagi tumbuh kembang seseorang.
Mengingat pentingnya pembahasan mengenai keluarga dan peranan berdasarkan jenis kelamin, maka dalam sosiologi keluarga dan gender diharapkan dapat mengulik lebih mendalam mengenai keterkaitan satu sama lain. Sehingga, mahasiswa sebagai tokoh akademisi mempunyai bekal dalam mengimplementasikan keilmuannya di masyarakat, khususnya keluarga sebagai unit terkecil di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H