Mohon tunggu...
Annisa Azzahra Ettah
Annisa Azzahra Ettah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Halo, Selamat Datang di akun kompasiana saya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tuberkolosis sebagai Isu Kesehatan di Indonesia

24 Agustus 2023   16:18 Diperbarui: 8 Juni 2024   15:27 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : UT Heath Texas

Tuberkulosis adalah penyakit Infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium, sebagian besar penyakit ini menyerang paru-paru tetapi juga menyerang organ tubuh lain pada saat keadaan daya tahan tubuh dalam kondisi menurun. Penyakit ini pertama kali  ditemukan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh Dr. Robert Koch di University Of Berlin's Institute of Hygiene. Gejala yang ditimbulkan pada penderita Tuberkulosis antara lain batuk berdahak, sesak napas ,nyeri pada bagian dada, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, demam, tubuh yang menggigil, serta rasa kelelahan.

Di Indonesia, kasus Tuberkulosis menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina, berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, Penderita TB di Indonesia menduduki sekitar 528.000 atau berada pada posisi ketiga di dunia,  selain itu pada tahun 2017 kasus baru tuberkulosis di Indonesia mencapai 420.994 yang diantaranya merupakan kaum Laki-laki yang mendominasi, angka tersebut mencapai tiga kali lebih besar dibandingkan Wanita, hal ini diakibatkan  gaya hidup Pria yang dinilai lebih rentan dibandingkan Wanita, salah satu contohnya adalah merokok yang banyak dilakukan oleh kaum Pria.

Terduga terdapat 824.000 kasus tuberkulosis di Indonesia. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin meminta 90% dari jumlah itu dapat terdeteksi di tahun 2024. Semua jajaran Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan dapat bekerja sama dengan asosiasi ahli paru untuk bisa mencapai 90% dari 824.000 penderita TBC. Menkes Budi juga minta untuk fokus dan memprioritaskan pencarian 824.000 penderita TBC dan mengesampingkan hal lain. Sebagai upaya pencegahan dan pengobatan, aksi tersebut harus dilakukan lebih cepat untuk mengetahui jenis varian bakteri TBC yang menyerang. Hal tersebut dapat dilakukan dengan alat genome sequencing yang terus dikembangkan dan tengah diupayakan pemerintah untuk bisa mendapatkan tempat Pilot Project alat tersebut.Seiring kemajuan teknologi, pemeriksaan genome sequencing saat ini tidak harus dilakukan di laboratorium. Genome sequencing yang baru telah tiba dalam bentuk ponsel sehingga pendeteksian varian bakteri bisa dilakukan dengan cepat, dan pasien bisa segera diberikan pengobatan yang tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun