Mohon tunggu...
Annisa Elmi
Annisa Elmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hal baru dan tantangan

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Juga Butuh Disayangi Bukan Hanya Materi

20 Desember 2022   21:57 Diperbarui: 21 Desember 2022   11:20 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua yang bekerja bukan lagi menjadi hal yang aneh di lingkungan kita. Banyaknya tuntutan kehidupan membuat para orang tua memilih untuk bekerja dan sementara meninggalkan anak mereka. 

Banyaknya tuntutan pekerjaan juga membuat para orang tua lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan bekerja dan mengabaikan anaknya. Sampai muncul sebuah kalimat "mencari uang juga untuk memenuhi kebutuhan anak". Namun, apakah kebutuhan anak hanya soal materi ? Anak memiliki kebutuhan lain yang harus terpenuhi. Anak memerlukan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman.

Menurut teori kebutuhan Maslow, terdapat enam tingkatan kebutuhan yang harus terpenuhi oleh setiap individu. Tingkatan kebutuhan tersebut, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis, berkaitan dengan makan, minum, dan bernafas. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang lebih utama untuk dicari dan dipenuhi dalam keberlangsungan kehidupan sebelum melangkah pada kebutuhan tingkat selanjutnya.

2. Kebutuhan rasa aman, berkaitan dengan rasa aman, kemantapan, perlindungan, dan bebas dari rasa takut.

3. Kebutuhan cinta dan memiliki, berkaitan dengan perasaan diterima dalam sebuah hubungan, perhatian, kasih sayang dan kepemilikan dalam sebuah hubungan.

4. Kebutuhan harga diri, berkaitan dengan merasa diakui keberadaannya oleh pihak lain termasuk diri sendiri.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, berkaitan dengan kebutuhan dalam perwujudan diri secara optimal dalam menampilkan diri secara optimal. Namun banyak diantara kebanyakan orang yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan ini.

6. Kebutuhan transendental, berkaitan dengan puncak kesadaran manusia tertinggi dan holistic.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus terpenuhi dengan baik untuk bertahan hidup dan mendapatkan kebahagiaan. Dimana setiap individu memiliki kebutuhan yang sama meskipun berbeda tingkatan usia.

Pada masa anak-anak, mereka juga membutuhkan kebutuhan yang sama terkait cinta dan rasa memiliki orang tuanya. Ini merupakan salah satu kebutuhan bagi anak setelah kebutuhan fisiologis dan rasa aman yang diberikan oleh orang tua terpenuhi. Dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa kasih sayang dan cinta yang diberikan oleh orang tua terutama seorang ibu pada tahun pertama berpengaruh dalam menjamin tumbuh kembang secara fisik, mental dan psikologis.

Namun banyak orang tua yang menghabiskan waktunya dengan bekerja membuat kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan anak yang lain. Meskipun benar anak juga membutuhkan kebutuhan fisiologis, namun di sisi lain anak juga membutuhkan kasih sayang dan cinta dari orang tuanya.

Anak pada dasarnya masih memiliki keterbatasan secara fisik, motorik, dan pola pikir dalam memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga memerlukan bantuin orang tua. 

Sehingga dalam hal ini orang tua memiliki peran dalam membantu memenuhi kebutuhan anak. Tidak terpenuhinya kebutuhan anak akan cinta dan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman akan berdampak pada perkembangan sikap dan kepribadian anak. 

Anak akan mencari perhatian dan kasih sayang kepada orang lain atau bahkan melakukan perilaku menyimpang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti pendapat yang dinyatakan oleh Dr. Kartini Kartono dalam sebuah artikel penelitina, bahwa kenakalan pada anak disebabkan kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang dan tuntutan orang tua dalam pendidikan serta kedua orang tua yang sibuk dengan urusan masing-masing. Banyak kasus yang terjadi akibat anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian. Seperti kasus bullying dan gangster yang belakangan ini ramai terjadi dibeberapa daerah. 

Selain kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, seorang anak juga membutuhkan rasa dihargai. Dengan adanya rasa dihargai membuat anak memiliki keberanian untuk berpendapat dan menyampaikan pikirannya tanpa ada beban atau rasa takut. Sehingga anak mampu tumbuh dengan rasa percaya diri, berani, optimis, dan tidak takut tantangan.

Berikut ini beberapa hal yang bisa mulai dilakukan oleh orang tua dalam membangun hubungan yang berkesan dalam memenuhi kebutuhan anak, sebagai berikut:

1. Memberikan waktu luang 

Bermain bersama anak dan mengajaknya banyak mengobrol atau melakukan liburan keluarga saat liburan memberikan anak kesempatan untuk mendapatkan rasa perhatian. 

2. Menganggap anak sebagai teman

Memberikan perhatian dan kasih sayang ketika anak bercerita atau membina hubungan dengan anak yang harmonis. Menemani anak sarapan dan bermain bersama atau liburan keluarga.

3. Memuji keberhasilan kecil yang dilakukan anak. 

Pujian membuat anak merasa dihargai dan menumbuhkan kepercayaan diri anak.

4. Menghargai usaha yang sudah dilakukan anak. 

Mengapresiasi usaha anak meski perbuatan kecil, seperti membereskan mainan.

5. Menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti anak. 

Penggunaan Bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak membuat anak tidak salah dalam menafsirkan sesuatu yang dimaksud oleh orang tua.

6. Memiliki keyakinan pada anak, bahwa mereka bisa diandalkan. 

Meyakini anak bahwa mereka bisa diandalkan bisa ditunjukkan secara verbal dan nonverbal. Secara verbal seperti mengataka bahwa mereka sangat hebat dan bisa diandalkan ketika dalam suatu kondisi. Nonverbal seperti memberikan dorongan dan membimbing anak.

7. Mengungkapkan dengan perbuatan. 

Selain dengan kata-kata. Untuk menunjukkan kasih sayang bisa melalui sentuhan, pelukan, menatap lembut atau mencium.

8. Mengiangatkan anak bukan memarahi

Ketika anak melakukan sebuah kesalahan jangan langsung memarahinya, cobalah untuk bersikap lebih hangat dan menanyakan terkait kesulitan yang dihadapi atau perasaan mereka.

9. Menggunakan intonasi nada bicara lembut

Ketika berbicara dengan anak apalagi ketika anak melakukan kesalahan, usahakan menggunakan bahasa yang lembut dan penuh kasih sayang. 

Referensi :

Andesta, D. ( ). Analisis kebutuhan anak usia dasar dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan. JIP (Jurnal Ilmiah PGMI), 4(1), 82-97. https://doi.org/https://doi.org/10.19109/jip.v4i1.2269

Astuti, M. (2011). Anak berhadapan dengan hukum ditinjau dari pola asuhnya dalam keluarga. Sosio Informa: Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, 16(1).

Diana, R. R. (2006). Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kreatif!: Menghidupkan Keberbakatan dan Kreativitas Anak. Jurnal Psikologi, 3(2), 123-131.

Fatimah, S. (2018). Menurunkan Prokrastinasi Akademik Melalui Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. QUANTA, 2(1), 31-40.

Handayani, S., Haryono, S., & Fauziah, F. (2020). Upaya Peningkatan Motivasi Kerja Pada Perusahaan Jasa Kontruksi Melalui Pendekatan Teori Kebutuhan Maslow. JBTI: Jurnal Bisnis: Teori dan Implementasi, 11(1), 44-53.

Juliana, R., & Arifin, R. (2019). Anak dan kejahatan (faktor penyebab dan perlindungan hukum). Jurnal Selat, 6(2), 225-234.

Muhibbin, M. (2020). Urgensi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Dalam Mengatasi Prokrastinasi Akademik Di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Ilmu Kependidikan http://e-journal. hamzanwadi. ac. id/index. php/edc, 15(2), 69-80.

Netrasari, E. (2015). Studi kasus perilaku agresif remaja di pondok pesantren. Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling.

Nurbayani, N. (2017). Pembinaan Iklim Kasih Sayang terhadap Anak dalam Keluarga. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 1(2), 39-57.

Rohimah, R. (2021). Peran Lembaga Sos Children’s Village Medan Dalam Membantu Upaya Penanggulangan Kekerasan Terhadap Anak. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik [JIMSIPOL], 1(4).

Saskara, I. P. A., & Ulio, S. M. (2020). PERAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENGATASI TOXIC PARENTS BAGI KESEHATAN MENTAL ANAK. Pratama Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 125-134.

Savitri, J. (2021). Menebarkan Cinta dan Didikan bagi Generasi Z pada Masa Pandemi. Memeluk Bumi, Menebarkan Kebaikan, 67.

Suteja, J., & Yusriah, Y. (2017). Dampak pola asuh orang tua terhadap perkembangan sosial-emosional anak. AWLADY: Jurnal Pendidikan Anak, 3(1).

Widiastuti, R. Y. (2015). Dampak perceraian pada perkembangan sosial dan emosional anak usia 5-6 tahun. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 2(2), 76-86.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun