Dalam rentang kehidupan manusia, semakin bertambahnya usia, bisa dikatakan bahwa seseorang bertambah juga ilmu pengetahuan dan pengalamannya. Ilmu pengetahuan dan pengalaman tersebut akan menjadi bekal untuk kita menghadapi dunia atau masa depan yang belum kita tahu akan seperti apa. Seiring waktu ketika kita melakukan kegiatan sehari-hari, mungkin sering mengalami yang namanya lupa. Kita bisa mengalami lupa mungkin karena banyak sekali informasi yang sudah kita simpan sehingga membuat informasi lain terbuang/terabaikan.
Pernah gak sih? Saat kita bermain sosial media, kita menemukan suatu barang yang menarik perhatian kita? Ambil contoh saja baju. Saat kita beralih ke laman e-commerce atau toko online untuk membeli baju tersebut dengan merk yang sama, kita justru lupa apa tujuan awal kita tadi. Kita malah teralihkan dengan barang baru yang muncul di beranda e-commerce tersebut. Pernah juga beberapa orang mengalami lupa saat ingin berbicara sesuatu, padahal belum ada satu menit, ingatan itu hilang begitu saja.
Kenapa hal itu bisa terjadi? Hal itu disebut dengan The Doorway Effect.
Apa itu The Doorway Effect?
The Doorway Effect adalah sebuah kejadian di mana kita lupa ingin melakukan sesuatu yang menjadi tujuan utama kita karena teralihkan oleh hal lain. Radvansky dan Copeland (2006) mengatakan bahwa the doorway effect adalah gangguan memori yang terjadi akibat seseorang bergerak dari satu pintu menuju pintu lain, yang akhirnya membuat seseorang memperbarui memori mengenai situasi lingkungan tersebut. Eksperimen mengenai the doorway effect dilakukan oleh Radvansky dan Copeland pada tahun 2006. Eksperimen ini bertujuan untuk menilai apakah ada perbedaan ketersediaan ingatan seseorang setelah melewati satu ruang ke ruang lain dan sebelum dilakukan perpindahan ruang. Partisipan dalam eksperimen ini berjumlah 41 orang dari Notre Dame University. Ruangan dibuat virtual menggunakan komputer dengan program pembuatan lingkungan Valme Hammer, yaitu membuat lingkungan seperti video game Half-Life. Untuk mengetahui bentuk realitas lingkungannya digambarkan melalui layar televisi. Terdapat 66 kamar di dalam ruangan itu.
Partisipan ditugaskan untuk mengambil benda dari satu kamar kemudian meletakkan benda itu di kamar sebelah, lalu mengambil benda berikutnya dan melanjutkan ke kamar sebelah, begitupun seterusnya. Ketika benda sudah diambil maka benda itu akan menghilang dari layar. Dengan demikian, seseorang tidak dapat melihat benda yang sedang dibawanya. Hasil dari eksperimen ini menunjukkan bahwa setelah seseorang bergeser/berjalan yang mana masih dalam satu ruangan, ingatan mereka tentang benda tersebut masih merespon cepat dan akurat, daripada ketika benda tersebut sudah tidak terlihat saat keluar pintu ruangan. Ini menunjukkan seseorang memperhatikan karakteristik ruang dan hubungan dari situasi yang sedang berlangsung. Sehingga hal ini memengaruhi ketersediaan informasi dalam memori.
Jika kita berbicara terkait fenomena lupa seperti the doorway effect, hal ini memang berhubungan dengan memori.
Memori adalah sebuah proses untuk mengkode, menyimpan, dan pengambilan informasi (memanggil kembali). Memory structure atau tahapan dalam penyimpanan informasi berdasarkan model Paradigma Atkinson dan Shiffrin, yang sudah disempurnakan oleh Thulving dan Madigan (Solso, 1995 dalam Bhinnety, 2015) ada 3 jenis, yaitu: