Mohon tunggu...
Annisa Churinin
Annisa Churinin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Ekonomi Islam Universitas Airlangga

Konten favorit saya tentang makanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengeksplorasi Batas Kehormatan dalam Ucapan Publik

23 Desember 2024   18:49 Diperbarui: 23 Desember 2024   18:49 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ucapan publik merupakan salah satu bentuk ekspresi seseorang dalam membentuk opini dan mempengaruhi masyarakat. Namun, kita tidak dapat sembarangan dalam mengucap di depan publik. Seperti pepatah "Mulutmu, Harimaumu" yang bermakna bahwa setiap kata mempunyai kekuatan yang sangat besar bagi diri sendiri maupun orang lain, baik efek baik maupun buruk. Kita memiliki tanggung jawab yang besar terhadap apa yang kita katakan. Oleh karena itu, kita perlu menjaga atau membatasi dalam berucap di depan publik. Untuk menjaga ucapan, kita perlu memahami batas kehormatan dalam ucapan publik. Apa itu batas kehormatan dalam ucapan publik?

Batas kehormatan dalam ucapan publik merujuk pada etika yang harus dihormati ketika berbicara di depan umum, agar tidak menyinggung atau merendahkan orang lain. Batas ini meliputi penghindaran ujaran kebencian, penghinaan, atau pernyataan yang dapat memicu konflik. Kita diharapkan berbicara dengan rasa tanggung jawab, menghormati perbedaan, dan menghindari ujaran yang bisa merusak hubungan antar individu atau masyarakat.

Seperti contoh seorang pedagang kecil dihina oleh si kaya "Miskin", "Tidak berguna", "Masa depan suram" dan masih banyak lagi. Kita sama-sama lahir di bumi, sehingga tidak seharusnya melontarkan perkataan seperti itu. Setinggi-tinggi derajat kita, masih ada langit yang jauh lebih tinggi. Perkataan tersebut mungkin hanya satu sampai tiga kata, tetapi pasti sangat membekas di hati yang terhina. Kita tidak pernah tahu, seberapa usaha mereka untuk bertahan hidup. Setiap orang memiliki perjalanan masing-masing. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa saja, si pedagang kecil yang dihina itu suatu saat akan sukses dan memiliki lebih banyak daripada yang menghina. Oleh karena itu, seharusnya kita lebih bijak dalam berkata-kata dan selalu ingat bahwa kita semua berhak mendapatkan rasa hormat, tanpa memandang status atau kekayaan.

Adapun cara menjaga batasan kehormatan dalam ucapan publik:

  • Berkata dengan benar atau jujur, yaitu menyampaikan apa adanya, tanpa memutarbalikkan fakta atau menyembunyikan kebenaran.
  • Berkata dengan perkataan yang baik dan sopan, yaitu menghindari kata-kata kasar atau menghina, serta memilih ungkapan yang menghormati perasaan orang lain.
  • Berkata dengan tutur kata yang lembut, yaitu berbicara dengan penuh empati dan menjaga nada suara agar tidak terdengar kasar atau mengancam.

Dengan menjaga batasan kehormatan dalam ucapan publik, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan mengurangi potensi konflik sehingga hubungan sosial menjadi semakin kuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun