Mohon tunggu...
Annisa Aulia Djati
Annisa Aulia Djati Mohon Tunggu... Lainnya - XI IPS 1 - SMAN 28 Jakarta

Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diskriminasi, Peristiwa Negatif dalam Kehidupan Sosial

10 Oktober 2022   11:42 Diperbarui: 10 Oktober 2022   11:55 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana hal ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam kehidupan Masyarakat, hal ini disebabkan oleh kecenderungan sikap manusia yang lebih suka membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, golongan, kelamin, ras, agama, kepercayaan, aliran politik, dan kondisi fisik hal tersebut merupakan dasar dari tindakan diskriminasi.

Sejatinya, diskriminasi sangat tidak relevan dengan prinsip-prinsip dalam menjunjung HAM. Dalam prinsip kesetaraan, keadilan tidak terwujud dengan adanya diskriminasi. Masing-masing orang memperjuangkan hak yang seharusnya ia dapatkan dibawah tekanan diskriminasi. Juga, perlunya prinsip Non-Diskriminasi dilakukan agar dua Kovenan Internasional (ICESCR dan ICCPR) yang mempunyai kekuatan mengikat secara hukum dapat dapat tercapai.

Diskriminasi digolongkan menjadi beberapa jenis. Diskriminasi terhadap suku/etnis, ras, dan agama adalah jenis yang paling sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu menjadi hambatan terhadap individu tertentu dan juga berdampak pada kehidupan bernegara. Tidak jarang kasus diskriminasi ditemukan dengan konflik atau permusuhan didalamnya. Jenis kelamin atau gender juga sering dijadikan sasaran diskriminasi. Pembedaan peran laki-laki dan perempuan dalam bidang sosial dan pekerjaan masih menjadi bahan perdebatan masyarakat. Konsep patriarki dan matriarki yang masih dianut beberapa individu menjadi perdebatan apabila tidak sesuai dengan konsep yang dianut.

Dalam lingkup kesehatan, penyintas HIV/AIDS sering mendapatkan perlakuan diskriminatif baik dari masyarakat dan tenaga kesehatan. Stigma HIV/AIDS cukup kuat bagi beberapa masyarakat. Rasa takut tertular apabila kontak langsung dengan penyintas HIV/AIDS menjadi penyebab individu menjauhi dan tak memungkiri untuk ditolak dalam lingkungan sosialnya. Penyandang disabilitas juga menjadi sasaran diskriminasi. Mereka dianggap sakit dna cacat yang menyebabkan adanya perlakuan berbeda, terutama dalam bidang pekerjaan sering sekali para penyandang disabilitas dipandang berbeda karena keterbatasan yang dimilikinya.

Interseksi antara diskriminasi berbasis kasta menjadi penyebab atas terhalangnya gerak atau aktivitas individu dalam bermasyarakat. Ketidakseimbangan kekuatan antar individu menimbulkan diskriminasi dengan bentuk penindasan yang dilakukan kaum berkuasa terhadap kaum bawah yang tidak memiliki kekuatan setara kasta diatasnya.

Bentuk diskriminasi dibagi menjadi dua, yaitu diskriminasi secara langsung dan tidak langsung. Diskriminasi secara langsung adalah tindakan membatasi suatu individu dalam suatu wilayah tertentu. Jenis yang dibatasi dapat berupa pekerjaan, fasilitas umum, dan sebagainya apabila terdapat prasangka terhadap individu atau kelompok tertentu. Bentuk lainnya adalah diskriminasi secara tidak langsung yang terjadi dalam bentuk penciptaan kebijakan yang menghalangi ras/etnik tertentu untuk berkegiatan secara bebas. Hal itu termasuk bentuk tidak langsung karena aturan dan prosedur yang bersifat mengikat tanpa ada perlakuan atau tindakan apapun.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan diskriminasi, di antaranya adalah mekanis mepertahanan psikologi (projection) yang mana individu tersebut kemudian memindahkan suatu karakteristik yang tidak disukai yang ada di dalam dirinya itu kepada orang lain. Hal ini bisa terjadi disebabkan karena adanya kekecewaan di dalam dirinya. Kekecewaan ini lah yang kemudian dilampiaskan kepada individu/kelompok yang dianggapnya sebagai 'kambing hitam' rasa kecewanya.

Di samping itu, sejarah, perasaan tidak selamat, dan rendah diri juga menjadi salah satu faktor diskriminasi. Sejarah masa lalu terhadap ras tersebut dapat menjadikan faktor terjadinya diskriminasi. Sejarah yang tidak menyenangkan tersebut dapat terus mempengaruhi hal tersebut. Dengan adanya sejarah dapat menimbulkan dendam atau perasaan yang diturunkan oleh kelompok sebelumnya pada diri individu itu sendiri.  Individu yang merasa terancam (insecure) dan mencoba untuk menilai orang lain lebih rendah juga dapat menyebabkan diskriminasi ini terjadi. Perasaan cemas, menyalahkan diri sendiri, dan mudah dipengaruhi oleh orang lain dapat membuat stigma kalau suatu individu tidak mampu dan tidak berharga diantara masyarakat. Karena itulah rasa rendah diri dapat menyebabkan individu merasa kecil.

Masyarakat yang saling bersaing satu sama lainnya untuk tujuan tertentu dapat  menimbulkan diskriminasi terhadap individu atau juga kelompok tertentu supaya bisa atau dapat melakukan eksploitasi dalam mendapatkan kekayaan, kemewahan, dan kekuasaan. Sikap diskriminasi ini dapat atau dipelajari serta kemudian diwariskan oleh suatu generasi ke generasi berikutnya dengan melalui proses sosialisasi. Hal ini dapat membentuk pandangan stereotip dalam suatu masyarakat mengenai perilaku, cara kehidupan, serta hal lainnya.

Peristiwa diskriminasi ini adalah peristiwa yang sangat negatif dalam kehidupan sosial di masyarakat. Banyak pihak yang dirugikan dari peristiwa ini dan tentunya hal ini sangat tidak baik apabila terus terjadi. Diskriminasi yang terjadi juga tak jarang menimbulkan konflik antar masyarakat yang dapat mengancam stabilitas keamanan negara. Diskriminasi merupakan bibit dari perpecahan, hal itu sangat tidak sesuai dengan semboyan negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika dan juga tidak sesuai dengan asas keadilan dan kesetaraan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya kita saling memahami satu sama lain dan juga meningkatkan rasa toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun