Apakah pada masa kini, peran istri sebagai pencari nafkah utama untuk keluarga dipandang aneh oleh masyarakat? Saat ini peran istri sebagai pencari nafkah utama sudah bukan hal yang tabu di kalangan masyarakat. Namun, beberapa masyarakat pasti kadangkala mempunyai spekulasi dan anggapan bahwa laki-laki sebagai seorang suami dan ayah harus mempunyai peran, posisi, dan tanggung jawab yang lebih karena mereka berkewajiban untuk menanggung nafkah keluarganya.Â
Sementara, seorang istri seharusnya hanya mengatur urusan rumah saja seperti mengurus anak, merapikan rumah, memasak, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena masyarakat masih belum bisa menghargai wanita yang bekerja dan masih diselimuti budaya patriarki.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pemahaman mengenai persamaan gender di kalangan masyarakat terutama masyarakat generasi millenial dan generasi Z, ruang gerak wanita untuk memasuki dunia kerja mulai terbuka dan peluang penerimaan antara tenaga kerja wanita serta laki-laki seimbang (Syafitri et al. 2022). Maka dari itu, wanita yang mempunyai peran ganda sebagai seorang istri dan wanita karir sudah tidak terlalu asing lagi di mata masyarakat serta juga memberikan kesempatan bagi seorang istri dalam mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya.
Kemudian, apakah ada faktor yang menyebabkan seorang istri harus bekerja? Tentu saja ada karena sebelum memutuskan sesuatu pasti terdapat alasan dan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu faktor yang menyebabkan seorang istri menjadi tulang punggung utama untuk keluarganya adalah karena suami sudah tua dan mengalami sakit kronis sehingga tidak memungkinkan untuk bekerja. Hal ini dilakukan agar kesejahteraan keluarga tetap terjamin terutama kebutuhan pendidikan anak dan kebutuhan pokok selama hidup di perkotaan.
Hidup di perkotaan merupakan salah satu tantangan sendiri bagi seorang istri yang bekerja karena mereka merasa kelelahan ketika sudah mengalami rush house saat di perjalanan, biaya kebutuhan mahal, dan setelah pulang kerja mereka juga harus mengurus urusan rumah. Tantangan yang dialami tersebut berpotensi menjadi konflik dalam diri bahkan dapat berimbas kepada suami dan keluarga. Maka dari itu, manajemen keluarga dan pembagian tugas pada keluarga harus dirancang serta didiskusikan bersama supaya dalam satu keluarga mempunyai rasa memiliki, tanggung jawab, dan tidak terlalu saling mengandalkan satu sama lain.
Manajemen waktu pada keluarga tidak terlepas dari skala prioritas yang telah ditentukan dalam keluarga. Pembagian atau penentuan skala prioritas ditentukan bersama oleh seluruh anggota keluarga terutama oleh kedua orang tua. Pembagian waktu antara keluarga dan pekerjaan oleh ibu dapat dilakukan dengan memberikan atau membuat waktu luang bersama keluarga pada akhir pekan. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga hubungan baik antara ibu dengan anak karena seringkali anak merasa kurang diperhatikan oleh sang ibu akibat terlalu sering atau sibuk dalam bekerja.Â
Adanya peran suami sangat membantu terutama dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang tentunya sudah menjadi kesepakatan bersama dengan istri. Dalam hal ini, perlu adanya komitmen dan kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam mengelola segala urusan dan juga waktu sehingga pemenuhan kebutuhan keluarga dapat diraih dengan optimal. Anak juga turut berperan dalam manajemen waktu keluarga. Hal ini dapat dimulai dari sang anak diberi tanggung jawab seperti membantu membereskan rumah atau membereskan perlengkapan dan kamar mereka sehingga pekerjaan rumah tidak terlalu menumpuk.
Pihak pemerintah juga memiliki peran dalam menanggapi permasalahan ini, yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM. LSM dapat membuat dan melaksanakan program pengelolaan sumberdaya keluarga bagi istri yang bekerja untuk memenuhi tugas keluarga.Â
Seiring dengan perkembangan zaman dan pemahaman mengenai persamaan gender, wanita yang mempunyai peran ganda sebagai seorang istri dan wanita karir sudah tidak terlalu asing lagi di mata masyarakat. Seorang istri memiliki peran ganda di keluarga dapat didorong oleh berbagai faktor, salah satunya adalah keadaan suami yang tidak mendukung untuk bekerja. Bagi seorang istri dengan peran ganda, hidup di perkotaan tidaklah mudah.Â
Maka dari itu, manajemen keluarga dan pembagian tugas pada keluarga harus dirancang serta didiskusikan bersama sehingga dalam satu keluarga tercipta rasa saling memiliki, tanggung jawab, dan tidak terlalu saling mengandalkan satu sama lain. Selain itu, peran pemerintah melalui LSM dapat melaksanakan program pengelolaan sumberdaya keluarga bagi istri yang bekerja untuk memenuhi tugas keluarga.
Daftar Pustaka: