Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia. Data dari Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, yang menunjukkan penurunan dari angka tahun sebelumnya yaitu 24,4%. Namun, meskipun penurunan ini, angka tersebut masih tinggi, mengingat target WHO untuk prevalensi stunting pada tahun 2024 adalah 14% di bawah 20%.
Seperti yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO, 2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan di bawah standar. Lebih lanjut, menurut World Health Organization (WHO, 2020), stunting didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana tinggi atau panjang badan seseorang berada di bawah standar untuk usianya, yang ditunjukkan dengan nilai pada kurva pertumbuhan WHO yang kurang dari dua standar deviasi (SD) di bawah rata-rata. Kondisi ini tidak dapat dipulihkan dan diakibatkan oleh asupan gizi yang tidak memadai dan/atau infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
1000 HPK atau seribu hari pertama kehidupan, merupakan periode kritis dalam proses tumbuh kembang, dimulai sejak pembuahan hingga anak berusia dua tahun. Asupan makanan selama periode 1000 HPK memiliki implikasi terhadap kesehatan di masa depan, dengan potensi untuk memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara yang mendorong kesejahteraan fisik dan kognitif. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa nutrisi selama masa 1000 HPK terpenuhi secara memadai dan optimal.
Pola makan yang seimbang bagi ibu hamil sangat penting untuk memastikan pertumbuhan janin yang optimal dan pencegahan stunting. Selama kehamilan, janin sepenuhnya bergantung pada nutrisi yang diperoleh dari ibu. Dengan demikian, asupan nutrisi yang cukup, termasuk protein, asam folat, zat besi, kalsium, dan omega-3, sangat penting.
Setelah itu, sangatlah penting bagi bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupannya, karena hal ini merupakan sumber nutrisi utama dan perlindungan terhadap stunting. ASI mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan fisik dan kognitif yang optimal pada bayi. Ini termasuk protein, lemak sehat, vitamin dan mineral, yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak. Selain itu, ASI kaya akan antibodi yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, sehingga melindunginya dari infeksi dan penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan. Konsumsi ASI secara eksklusif, tanpa tambahan makanan atau minuman lain, memungkinkan bayi mendapatkan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang optimal, sehingga mengurangi risiko kekurangan gizi, yang dapat menyebabkan stunting.
Terdapat beberapa faktor penyebab stunting yang berkaitan dengan pola makanan. Pertama, asupan nutrisi esensial yang tidak mencukupi, termasuk protein, vitamin, dan mineral seperti zat besi, zinc, dan kalsium, yang dapat berkontribusi meningkatkan risiko stunting. Kedua, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak memadai juga merupakan faktor yang signifikan. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, dapat menyebabkan anak kekurangan nutrisi yang diperlukan setelah usia enam bulan. Konsumsi makanan yang kurang bergizi atau tidak bervariasi dapat menyebabkan anak tidak mendapatkan kalori dan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketiga, ketidakstabilan akses terhadap makanan bergizi merupakan tantangan yang signifikan bagi banyak keluarga, terutama di daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Faktor ekonomi, kurangnya pengetahuan gizi, dan keterbatasan dalam distribusi makanan bergizi dapat menghambat kemampuan keluarga untuk mendapatkan makanan yang seimbang dan kaya gizi.
Pola makan yang tepat memiliki dampak yang sangat baik dalam mencegah stunting, terutama dengan memperhatikan kualitas asupan nutrisi. Salah satu faktor yang penting adalah mengonsumsi makanan yang tinggi protein. Selain itu, makanan yang kaya akan mineral seperti zat besi dan zinc juga sangat penting. Selanjutnya, memanfaatkan sumber daya pangan lokal yang kaya akan nutrisi juga merupakan strategi yang efektif untuk mencegah stunting. Makanan seperti kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, dan biji-bijian tidak hanya mudah didapat, tetapi juga kaya akan protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan anak untuk tumbuh dengan baik. Sumber makanan lokal ini seringkali lebih segar, lebih terjangkau, dan sesuai dengan kebutuhan gizi masyarakat setempat.
Upaya pencegahan stunting melalui intervensi pola makan juga memerlukan serangkaian tindakan yang dapat dilakukan oleh individu, keluarga, pemerintah, dan masyarakat. Pertama, pentingnya intervensi pendidikan gizi bagi ibu dan keluarga. Sangatlah penting untuk memberikan edukasi mengenai gizi yang optimal bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan keluarga. Penting bagi ibu hamil dan ibu menyusui untuk dibekali dengan pengetahuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi janin dan bayi mereka yang sedang berkembang. Selain itu, keluarga juga harus diedukasi tentang pentingnya memperhatikan gizi yang tepat untuk anak. Kedua, program pemerintah dan intervensi gizi harus lebih diperhatikan. Berbagai kebijakan dan program intervensi gizi telah diimplementasikan dengan tujuan untuk mencegah stunting. Hal ini mencakup seperti fortifikasi makanan, suplementasi nutrisi dan promosi makanan pendamping ASI (MPASI) yang sehat. Ketiga, keterlibatan masyarakat dalam perbaikan pola makan anak juga merupakan faktor penting dalam pencegahan stunting. Inisiatif komunitas, seperti Posyandu, dapat memfasilitasi pemberian bimbingan dan pendidikan kepada keluarga tentang pentingnya pola makan yang bergizi bagi anak-anak.
Pola makan yang sehat adalah strategi mendasar untuk mengatasi stunting pada anak. Stunting, yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, dapat dicegah melalui penerapan gizi yang optimal selama 1.000 hari pertama kehidupan bayi, yang merupakan periode penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Nutrisi yang cukup, termasuk protein, vitamin, dan mineral esensial, sangat penting untuk perkembangan fisik dan kognitif anak. Selain itu, pemberian ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang bergizi seimbang juga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan anak. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pola makan. Edukasi gizi untuk ibu hamil dan menyusui, program kebijakan seperti fortifikasi makanan, dan keterlibatan masyarakat dalam mendukung pola makan sehat dapat secara kolektif memfasilitasi terciptanya lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak yang optimal. Dengan menunjukkan komitmen bersama, kita dapat mencegah stunting dan memastikan masa depan yang lebih sehat untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H