Mohon tunggu...
Annisa Amanda (Aan)
Annisa Amanda (Aan) Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hei, Aan di sini. Seorang pecinta dan pemuja hal-hal indah. Pemula dalam hal menulis, namun suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film

Kejahatan Akibat Kemiskinan: Film Pengabdi Setan (2017)

30 Januari 2024   13:17 Diperbarui: 3 Februari 2024   21:17 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Setelah meraih kesuksesan besar, film Indonesia mulai berlomba-lomba untuk membuat film bertemakan horor. Ini membuktikan betapa tingginya kepopuleran film ini, bahkan disebut sebagai tanda bangkitnya kualitas film horor Indonesia. Di tahun 2017 film hasil garapan ulang Joko Anwar ini telah ditonton 4,2 juta orang dalam 53 hari penayangannya, dan 91 ribu orang pada hari pertama rilis (Katadata, 2018). 'Pengabdi Setan' adalah film Indonesia terlaris di tahun 2017 yang menghantarkan kepuasan untuk Joko Anwar yang berhasil mendapatkan respons positif dari penonton. Film ini merupakan hasil garapan ulang dari judul film yang sama di tahun 80-an. Seperti yang diketahui 'Pengabdi Setan' tahun 2017 adalah film remake dari film 'Pengabdi Setan' tahun 1980.

Walaupun garapan ulang, film yang dibintangi oleh Tara Barso ini berhasil memuncak peringkat film bioskop pada tahun 2017. 'Pengabdi Setan' berhasil meraih kemenangan dalam kategori 'Film Box Office Terbaik' dan 'Trailer Film Terbaik' di penghargaan 'Indonesian Box Office Movie Awards 2018' yang lalu. Dan masih banyak lagi penghargaan yang diraih oleh film ini. Kenapa film horor Indonesia lebih diminati? Menurut seorang pengamat film, Hikmat Darmawan "Film horor itu sesuatu yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat." (Kumparan, 2023). Seperti yang diketahui, Indonesia adalah negara yang masih kental dengan agama dan adatnya. Dan ditambah dengan faktor-faktor masalah lokal yang sering terjadi, menambahkan daya tarik film horor Indonesia. 

Film ini berkisah tentang keluarga yang di mana Si Ibu jatuh sakit, dalam perawatan Si Ibu banyak terkuras harta sehingga keluarga ini jatuh miskin. Rini menjadi yang bertanggung jawab di rumah memutuskan untuk putus kuliah, Si Adik, Tomi bahkan rela menjual barang-barang miliknya agar bisa membantu ekonomi keluarga. Hingga suatu malam, Si Ibu meninggal dunia. Kematian Si Ibu membawa teror pada keluarga tersebut, dan akhir film diakhiri dengan keluarga tersebut pindah ke kota. Film dengan unsur keluarga, supranatural dan misteri ini membawa para penonton untuk menjelajahi pengalaman yang menegangkan. Dan film tak berhenti-henti membuat penonton terkejut akan ketakutan atau pun karena plot. Di ceritakan bahwa Si Ibu adalah penyanyi sebelumnya, dan sejak sakit ekonomi keluarga tersebut menjadi buruk. 

Ada adegan yang menarik antara Rini dan Tomi, ketika Tomi ketahuan menjual jam tangannya. Di sana Rini bertanya, "Apa lagi nanti yang dijual?" dan Tomi menjawab, "Jual dirilah! Jadi gigolo." Hanya beberapa kata, namun itu bukanlah sekedar suatu adegan dalam film. Kemiskinan dan kebutuhan uang sering menjadikan orang-orang mengambil tindakan tanpa berpikir panjang. Kemiskinan adalah kondisi di mana tingkatan kehidupan seseorang berada di bawah standar kebutuhan minimum. Data yang ada pada BPS menunjukkan di tahun 2020 kemiskinan di Indonesia mencapai angka 454.652/ kapita/bulan. Menurut Todaro dan Smith (2011) ada beberapa alasan mengapa kebijakan berfokus pada penurunan kemiskinan: orang kaya yang jatuh miskin umumnya tidak menghemat, tidak menabung dan tidak investasi. 

Dalam film diceritakan bagaimana keluarga Rini harus beradaptasi dengan masalah ekonomi yang ada. Rini yang putus sekolah, Tomi yang menjual barang miliknya, dan Bahri ---Si Ayah terpaksa kerja ke kota dan meninggalkan anak-anaknya. Beberapa keadaan harus mereka hadapi juga akibat kemiskinan, rumah yang digadai, jaringan telepon di putus, dan perawatan Mawarni---Si Ibu hanya bisa dilaksanakan di rumah. 

Menurut Suwandi (2015) ada beberapa alasan menyebabkan kemiskinan: (1) keterbatasan sumber daya modal dan sumber daya manusia; (2) tempat atau letak geografis suatu wilayah yang terpencil. Dalam film 'Pengabdi Setan' ditunjukkan letak rumah keluarga Bahri yang berada di kawasan hutan dan jauh dari kota. Menurut Silvia & Ikhsan (2021) kemiskinan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kriminalitas. Jadi, semakin tinggi angka kemiskinan maka semakin pula tingkat kejahatan yang terjadi. Seperti yang terjadi saat ini, ada berbagai tindakan kejahatan yang dilakukan seseorang atau lebih untuk mendapat uang. 

Seperti yang terjadi pada bulan Juni kemarin di Klaten, Jawa Tengah. Kasus pembunuhan dan rencana mutilasi dikarenakan pelaku dituduh mencuri uang 20 ribu dari korban. Ini bukan pertama kalinya pelaku melakukan tindakan nekat tersebut. Namun di tahun 2009, pelaku juga pernah membunuh seorang perempuan di Wonosobo dengan perkara yang sama, yaitu uang (Kompas, Juni 2023). Dalam bulan yang sama juga terjadi kasus pembunuhan yang dilakukan seorang remaja SMP terhadap temannya dikarenakan uang kas. Tindakan ini terjadi di Mojokerto, Jawa Timur. Pelaku membunuh korban dan membuang mayat korban dengan karung di bawah jembatan kereta api. Semua kejadian memilukan ini terjadi karena korban sering menagih uang kas tiap harinya, dan juga setelah membunuh pelaku mengambil hape dan motor milik korban (Victory News, Juni 2023). 

Hingga saat ini, kemiskinan masih menjadi masalah yang serius di Indonesia, khususnya di kota-kota dengan kesenjangan sosial yang tinggi. Akibat dari kemiskinan ini juga berpengaruh terhadap dunia malam, banyak dari pelacur dan gigolo mempertahankan pekerjaan mereka karena uang. Pekerjaan tersebut bukanlah mudah, karena banyak yang harus dihadapi oleh orang-orang yang menjual jasa ini. Verbal abuse maupun kekerasan fisik dan seksual cukup berat untuk orang-orang yang menginginkan uang secara cepat. 

Masalah kekurangan sumber daya keuangan berdampak pada seseorang dan kelompok. Mulai dari keterbatasan pendidikan, layanan kesehatan, dan kesejahteraan. Mungkin dengan mengatasi ketimpangan pendapatan, akses mudah pendidikan, dan program layanan kesehatan dapat meringankan masalah ini. Karena tak ada orang yang ingin melakukan kejahatan, kecuali memang ada hal yang salah dengan mental dan cara berpikir seseorang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun