Mohon tunggu...
annisaalifatul
annisaalifatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka mendengar musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis Minat Baca: Gadget jadi Tantangan Baru Dunia Literasi

20 Desember 2024   17:30 Diperbarui: 20 Desember 2024   17:20 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penggunaan gadget yang berlebihan di era teknologi saat ini adalah kendala terbesar dalam menumbuhkan minat membaca anak-anak. Telefon genggam, yang pertama kali diciptakan oleh Martin Cooper pada tahun 1973 sebagai alat komunikasi dua arah, telah berkembang menjadi perangkat yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang dapat melakukan banyak hal. Banyak fitur gadget ini yang mungkin menarik anak-anak, seperti game, media sosial, dan hiburan digital. Namun, mereka juga dapat berdampak buruk. Sebaliknya, perangkat telah menjadi bagian integral dari kehidupan seseorang. Namun benda-benda kecil ini dapat mempengaruhi karakter, kecerdasan verbal, dan perilaku seorang remaja. Anak-anak yang kecanduan perangkat elektronik mengalami penurunan fokus dan kemampuan literasi.

Misalnya, siswa sering berpikir untuk bermain game atau mengakses media sosial saat belajar, sehingga mengganggu perhatian mereka pada pelajaran. Selain itu, literasi anak masih menjadi masalah bagi sekolah. Banyak siswa menganggap membaca sebagai tugas yang sulit dan cenderung menghindarinya karena identik dengan membaca teks pelajaran yang panjang. Hal ini lebih terasa di sekolah dengan literasi rendah, di mana siswa sering kesulitan memahami bacaan. Selain itu, pojok baca di kelas dan perpustakaan sekolah seringkali tidak menarik karena buku tidak selalu diperbarui dan tidak memiliki variasi buku yang sesuai dengan usia anak.

Seorang praktisi pendidikan, mengatakan bahwa guru sering memberikan tugas membaca tanpa memberikan kritik yang jelas. Selain itu, kemampuan literasi umum anak tidak segera meningkat dengan literasi digital yang kian berkembang. Mereka harus dapat membaca, memahami, dan menyaring informasi yang benar agar anak-anak tidak terjebak dalam konten palsu di internet. Untuk mengatasi masalah ini, peran orang tua, guru, dan lingkungan sekitar sangatlah penting. Orang tua diharapkan tidak langsung melarang anak-anak menggunakan perangkat elektronik, tetapi membantu mereka dengan bermain dan secara bertahap memberikan buku yang sesuai dengan usia mereka. Selain itu, guru harus memberikan umpan balik yang membangun kepada siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih menyenangkan untuk membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun