Mohon tunggu...
Annisa Al-Hadist
Annisa Al-Hadist Mohon Tunggu... -

Communication Student and Art Worker

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku Terlahir untuk Seni

14 Mei 2016   22:21 Diperbarui: 18 Mei 2016   10:01 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Nama lengkap saya Annisa Al-Hadist, namun kebanyakan orang menyapa saya dengan sebutan Adis, saya lahir di Kota Samarinda 21 tahun silam, tepatnya pada tanggal 30 Maret 1995. Saya adalah putri sulung pasangan Bapak Hoesin KH dan Ibu Nuraini. Saya memiliki seorang adik laki-laki bernama Muhammad Fiqri Al-Kaustar yang  berusia 16 tahun dan saat ini sedang mengenyam pendidikan di bangku SMKN 5 Samarinda jurusan Multimedia. Ayah saya adalah seorang Jurnalis dan ibu saya tidak bekerja, melainkan hanya seorang ibu rumah tangga. Pada saat saya kecil dulu, Pekerjaan ayah saya sebagai seorang Jurnalis membuat keluarga saya sering berpindah-pindah tempat tinggal dari satu kota ke kota lain bahkan hingga keluar pulau. Namun saat saya menginjak bangku sekolah barulah kedua orang tua saya memutuskan untuk tetap tinggal di satu kota, yaitu Kota Tenggarong.

Pada saat saya berumur 5 tahun, saya mulai disekolahkan oleh kedua orang tua saya di TK Al-Hidayah Samarinda selama 1 tahun, kemudian kedua orang tua saya pindah ke Kota Tenggarong dan kembali menyekolahkan saya di SD Negeri 018 pada saat saya berumur 6 tahun dan lulus pada tahun 2007. Kemudian saya melanjutkan sekolah saya di SMP Negeri 1 Tenggarong yang menjadi sekolah terfavorit, saya pun berhasil menyelesaikan sekolah saya di tahun 2010. Tahun 2010 merupakan tahun dimana saya harus masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni bangku SMA, kedua orang tua saya pun memutuskan untuk memasukkan saya ke satu-satunya Sekolah Unggulan di Kutai Kartanegara(Kukar) yaitu SMA Negeri 3 Unggulan Tenggarong. Berbagai rangkaian Seleksi saya lakukan, mulai dari seleksi berkas, test IQ, test wawancara, test fisik, test kesehatan dan test akademik. Dari sekian banyaknya siswa yang mendaftar pada saat itu, namun SMA Negeri 3 Unggulan hanya menerima 70 anak saja, dan saya merupakan salah satunya.

Berbeda dengan kebanyakan anak remaja pada umumnya yang mendapatkan masa SMA yang indah, masa SMA saya justru merupakan masa terberat yang harus saya jalani , karena SMA saya merupakan Sekolah yang berbasis Boarding School dan menerapkan Semi Militer dalam didikannya, disana saya belajar banyak hal yang belum pernah saya dapatkan dari sekolah-sekolah saya terdahulu, misalnya saja pelajaran baris-berbaris yang rutin dilakukan setiap pagi sebelum berangkat sekolah, dan malam hari setelah makan malam, belum lagi berbagai hukuman yang harus dijalani karena melanggar aturan, ya sekolah saya memang sekolah dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi, satu kali melakukan kesalahan dan melanggar peraturan yang ada, hukumannya pun tak kira-kira dan tak kenal waktu. 3 tahun tinggal di asrama, bertemu kedua orang tua hanya 1 bulan sekali memang berat untuk saya lakoni, namun semua itu malah membuahkan hasil yang tak terduga bagi saya. Saya menjadi anak yang jauh lebih mandiri daripada sebelumnya. Saya yang selalu dimanja dan selalu dipenuhi apa yang saya butuhkan dan saya inginkan harus mendapati kenyataan bahwa semua itu sudah tidak bisa lagi saya terima, bahkan malah sebaliknya, di SMA saya diharuskan untuk berbagi dan memberi, bukan malah menerima seperti yang saya dapatkan dari kedua orang tua saya. Saya harus rela berbagi kamar, berbagi tempat tidur, berbagi fasilitas, mengerjakan semuanya serba sendiri tanpa bantuan ibu, namun semua itu berhasil saya jalani, alasan kedua orang tua saya memilihkan sekolah unggulan berasrama dan semi militer lantaran kedua orang tua saya tidak ingin saya terus-terusan menjadi anak yang manja yang semua kemauannya harus dipenuhi. Walau awalnya saya tidak menerima ditempatkan disekolah yang mengekang kebebasan dan kehendak saya, pada akhirnya saya berhasil melewati masa-masa sulit itu selama 3 tahun dan menerima ijazah kelulusan di tahun 2013. Kini saya tercatat sebagai salah satu Mahasiswi aktif semester akhir di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Mulawarman Samarinda Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Saya tumbuh dan dibesarkan dengan didikan kedua orang tua yang otoriter, memang semua yang saya inginkan selalu dipenuhi oleh mereka, namun untuk mendapatkan yang saya inginkan tersebut, saya juga harus berusaha keras memberikan yang terbaik untuk kedua orang tua saya, jadi semacam seperti timbal balik, orang tua saya memberikan apa yang saya inginkan asalkan saya juga mau memberikan apa yang mereka inginkan pula. Dari kecil saya diajarkan untuk berani tampil dimuka umum oleh ayah saya yang memang memiliki keturunan darah seni. Melalui lomba-lomba yang pernah saya ikuti saya belajar untuk berani menampilkan dan mengeksplore kemampuan yang saya miliki dihadapan orang banyak. Saya pernah mengikuti Lomba Sempoa, Lomba Mewarnai dan Menggambar, Lomba Dakwah Perempuan dan Peragaan Busana Muslim mulai dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan hingga ke tingkat nasional untuk kejuaraan menghitung aritmatika se-Indonesia di Bali dan Jakarta. Dari lomba-lomba yang pernah saya ikuti tersebut, saya berhasil mengumpulkan 25 piala, 3 medali hingga puluhan sertifikat. Dari sekian banyaknya lomba yang pernah saya ikuti, entah mengapa saya merasa lebih nyaman untuk mengekslpore kemampuan saya dibidang mewarnai dan menggambar dengan segmentasi anak-anak, dan sekarang ini kemampuan saya itu saya jadikan sebagai salah satu profesi untuk mengisi waktu luang saya selain kuliah. Saya tidak ingin ilmu serta pengalaman yang saya dapatkan terdahulu saya simpan untuk diri saya sendiri saja, selagi masih  bisa dibagikan dan berguna untuk orang-orang disekitar saya maka tidak ada alasan bagi saya untuk tidak membagikan ilmu serta pengalaman tersebut.

Saat ini harapan terbesar saya hanya satu, yakni menyelesaikan studi saya dengan tepat waktu, saya tidak kejar target untuk lulus cepat, melainkan lulus sesuai dan tepat pada waktunya saja, saya ingin semua hal yang saya jalani sesuai dengan proses yang ada tanpa harus diburu-buru, jika studi saya telah terselesaikan maka yang menjadi cita-cita saya selanjutnya adalah, saya ingin mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai dengan yang saya kehendaki dan saya cintai, bagi saya pekerjaan itu harus dicintai terlebih dahulu barulah kita enjoy dalam menjalaninya, jika kita tidak mencintai pekerjaan kita, bagaimana caranya kita bisa nyaman dan meraih sukses. Usia saya masih muda, banyak hal yang dapat saya lakukan dan berguna bagi orang-orang diluar sana, saya ingin menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang dengan menampilkan atau membuat sebuah pameran lukisan milik saya dan miliki keluarga ayah saya atau membuat sebuah pentas seni pertunjukkan teater. Saya pernah dipesani oleh almarhum kakek saya sebelum beliau meninggal “jangan takut untuk menampilkan siapa sebenarnya dirimu”. Motto hidup saya adalah, jangan pernah ada penyesalan setelah melakukan sesuatu, hidup itu bukan untuk disesali, jika tidak ingin menyesal maka berhati-hatilah dalam melakukan suatu tindakan dan ucapan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun