Mohon tunggu...
Annisa Adenanty Palupi
Annisa Adenanty Palupi Mohon Tunggu... Mahasiswa Teknik Informatika UIN Malang.

Mahasiswa Aktif Teknik Informatika UIN Maulana Mlaik Ibrahim Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Relational Multiplexity, Mengubah Konflik Jadi Inovasi di Proyek Sistem Informasi

29 September 2024   22:38 Diperbarui: 29 September 2024   23:20 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Relational Multiplexity (Sumber: ChatGPT.com)

Relational Multiplexity: Mengubah Konflik Jadi Inovasi di Proyek Sistem Informasi 

***

Dalam perkembangan implementasi sistem informasi (IS) di lingkungan organisasi modern, salah satu fenomena yang menarik perhatian adalah adanya disonansi dalam *relational multiplexity*. Artikel berjudul *The Role of Dissonant Relational Multiplexity in Information Systems* yang ditulis oleh Ojelanki Ngwenyama, Jean-Baptiste Meyer, dan Chrisanthi Avgerou pada tahun 2023 dalam *Journal of the Association for Information Systems* (Volume 24, Isu 1) memberikan pandangan komprehensif tentang bagaimana hubungan yang kompleks antara aktor dalam organisasi dapat memicu dinamika yang signifikan selama penerapan IS. *Relational multiplexity* adalah fenomena di mana aktor terlibat dalam beberapa hubungan yang saling tumpang tindih, dan ketika hubungan ini bertentangan atau tidak selaras, hal itu dapat menciptakan ketegangan atau bahkan konflik.

Penulis artikel ini menggarisbawahi pentingnya memahami bagaimana disonansi dalam hubungan antar aktor ini berperan dalam keberhasilan atau kegagalan proyek IS. Menurut mereka, organisasi sering kali mengabaikan ketegangan ini, yang akhirnya berujung pada ketidakselarasan tujuan proyek dan kebutuhan pemangku kepentingan. Fakta bahwa banyak proyek IS gagal atau mengalami kendala besar selama implementasi mengindikasikan bahwa ketegangan ini adalah isu yang sangat kritis. Dalam survei yang dilakukan oleh *Standish Group* (2020), hanya 31% proyek teknologi informasi yang dianggap berhasil sepenuhnya, sementara sisanya mengalami penundaan atau tidak memenuhi harapan.

Penelitian ini menjadi penting karena tidak hanya memberikan kerangka kerja konseptual untuk menganalisis dinamika sosial dalam implementasi IS, tetapi juga mengusulkan cara untuk mengelola konflik yang muncul akibat ketegangan dalam hubungan interpersonal.

***

Fenomena *relational multiplexity* yang tidak selaras mencerminkan kompleksitas hubungan sosial di dalam organisasi yang terlibat dalam proyek sistem informasi. Ngwenyama et al. (2023) menunjukkan bahwa ketegangan yang muncul akibat berbagai aktor dalam organisasi memiliki hubungan yang saling bertentangan dapat berdampak langsung pada keberhasilan atau kegagalan proyek IS. Dalam proyek-proyek ini, ketegangan sering kali muncul karena adanya perbedaan dalam tujuan, ekspektasi, dan prioritas antar pemangku kepentingan. 

Sebagai contoh, manajemen puncak mungkin fokus pada pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi, sementara tim pengembang teknologi lebih peduli pada integrasi teknologi terbaru atau memperbaiki fungsionalitas teknis. 

Studi ini menyatakan bahwa salah satu penyebab utama ketegangan adalah perbedaan prioritas antara aktor yang berbeda dalam organisasi. Berdasarkan temuan dari analisis kasus mereka, sekitar 65% konflik di proyek IS besar disebabkan oleh perbedaan dalam pemahaman antara manajer proyek dan pengguna akhir, yang sering kali memiliki visi berbeda tentang apa yang seharusnya dicapai sistem. 

Konflik ini sering diperparah oleh kenyataan bahwa banyak organisasi tidak memiliki mekanisme yang efektif untuk menangani ketegangan yang muncul dari hubungan yang tumpang tindih ini. Artikel ini juga menyoroti pentingnya teori ketegangan organisasi dalam memahami dinamika ini. Menurut *organizational tension theory*, konflik dan ketegangan dapat memicu inovasi ketika dikelola dengan baik. 

Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang mampu menghadapi ketegangan ini secara proaktif justru mampu menghasilkan ide-ide baru yang mendorong kesuksesan proyek IS. Ini diperkuat oleh studi yang dilakukan oleh McKinsey (2022), yang menyatakan bahwa organisasi yang secara efektif mengelola konflik internal dapat meningkatkan keberhasilan proyek teknologi mereka hingga 20%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun