Mohon tunggu...
Annisa Adelina
Annisa Adelina Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Sedikit kaku dengan orang baru, tapi percayalah saya bukan kanebo kering. Saya Annisa, salah satu makhluk di bumi. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dua Puluh Tiga Tahun Hidup, Baru Tahu Ada Palang Hitam, Ada yang sama?

25 Oktober 2023   09:01 Diperbarui: 25 Oktober 2023   09:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari sabtu, 23 September 2023, saya memutuskan untuk pulang kampung dengan bis ke Palembang setelah menyelesaikan kuliah di Jakarta. Seperti biasa saya selalu pulang-pergi sendirian, bukan karena saya mandiri, tapi karena saya jomblo. Pulang kali ini saya tidak mendapatkan teman perjalanan di bis. Bahkan saat di kapal Feri untuk menyebrangi selat sunda, saya tetap tidak memiliki teman mengobrol. Saya hanya diam, duduk sendiri, makan sendiri, nguyah sendiri, semuanya sendiri. But, dari arah samping tempat saya duduk, terdapat seorang ibu-ibu berpenampilan sederhana layaknya emak Indonesia dengan jilbab panjang dan gamis bunga-bunga.  

Seorang bapak di sebelah ibu tersebut memulai obrolan ringan, ramah-tamah ala orang Indonesia pada umumnya. Saya sama sekali tidak tertarik. Namun, tidak di sangka percakapan yang awalnya basa-basi, berubah menjadi pembicaraan menarik yang membuat saya diam-diam menjadi pendengar ilegal sembari menikmati makanan saya.  

Seorang ibu yang terlihat sederhana itu, ternyata merupakan palang hitam. Jujur saja, saya baru tahu dan mendengar adanya Palang Hitam. Jika Palang Merah terkenal berusaha untuk membantu orang yang sakit atau terluka untuk sembuh. Palang Hitam bertugas membantu para jenazah yang tewas dengan beragam insiden. Menurut penuturan ibu tersebut, tidak ada satu jenazah pun yang masuk ke ruangan Palang Hitam dalam keadaan baik-baik saja. Semua jenazah memiliki entah luka atau hal-hal yang membuat kita bergidik saat melihatnya. Ada korban tawuran, ada korban yang terlindas kereta hingga berjam-jam menunggu jari kelingking jenazah yang hilang. Atau korban perkelahian yang membuat ususnya muncrat dari dalam perut. 

Banyak Mendapat Pengalamana Unik 

Ibu itu juga menuturkan bahwa semenjak menjadi palang hitam beberapa makanan dia tinggalkan. Misalnya seperti tidak lagi memakan saos karena bentuk soas terlihat seperti darah. Usus ayam yang terlihat serupa usus manusia. Tetelan yang terlihat bak lapisan-lapisan perut manusia yang terbuyar. 

Menjadi palang hitam bukan saja mengganggu selera makan, tapi juga menguji mentalnya. Ibu tersebut menceritakan rata-rata pekerja baru palang hitam hanya bertahan satu hari. Keesokannya para palang hitam baru, memutuskan untuk resign dengan berbagai alasan. Entah karena takut melihat mata mayat yang mendelik atau karena mendadak tidak bisa tidur dan makan karena terus terbayang jenazah yang mereka tanggani. Ibu tersebut menimpalkan, bahwa di tempatnya bekerja nyaris tidak ada palang hitam berusia muda. Semua palang hitam berusia lanjut usia, sebaya dengannya. Bahkan komandon palang hitam di tempatnya berkerja telah tiada dan belum ada yang menggantikan. 

Selain pengalaman secara fisik, ibu tersebut juga menceritakan kisah supranatural yang dialami selama menjadi Palang hitam. Saat nyaris terlelap setelah membersihkan jenazah, samar-samar terdengar suara bisikan, "Bu, baju saya mana? " di telinganya. Setelah diperiksa ternyata kain yang menutupi jenazah tersebut kurang, tidak menutupi penuh tubuh jenazah itu.  

Selanjutnya jenazah yang lidahnya keluar dan sulit dimasukan ke dalam mulut harus digulung agar bisa masuk ke dalam mulut. Begitu mendengar kisah itu yang terlintas dibenak seperti adegan di kartun Tom and Jerry, saat Tom ke pentok dan lindahnya menjulur keluar dengan panjang. Saya pikir itu cuma hiperbola kartun. Saya baru tahu kalo lidah akan memendek, tertarik ke dalam saat sakaratul maut dan terlepas saat telah tiada. Ibu tersebut berbagi tips mengatasi itu dengan membacakan doa dan berbicara pelan dengan jenazah, ini terdengar sedikit aneh memang, secara itu jenazah yang telah wafat, tapi cara ini sealu berhasil beliau lakukan. Beliau akan berbisik pada jenazah, " Tolong baik-baik ya sama saya, biar saya urusin jenazah kamu," dan walah .... lidah yang menjulur panjang itu akhirnya bisa di masukkan ke dalam mulut.  

Pengalaman Yang Tidak Terlupakan Saat Menjadi Palang Hitam

 

Selain cerita tidak mengenakkan yang beliau alami, ibu tersebut juga bercerita saat dia menangani mayat yang menjadi korban tawuran meski wajahnya hancur tapi bibirnya tersenyum. "Senyumnya terlihat jelas," tuturnya. Terakhir, beliau menyampaikan menjadi palang merah membuatnya sadar bahwa kehidupan hanyalah sementara. Seseorang yang baik akan bahagia saat wafat bagaimana pun cara ia wafat.  

Pengalaman pulkam kali ini sangat berkesan buat saya, meski tetap jomblo. Selain dapat hal baru, saya juga mendapatkan nasehat tentang kematian. Kematian memang terdengar menakutkan dan selalu identik dengan rasa sedih. Namun ingat, kematian itu dekat, semua manusia yang hidup sudah divonis akan mati saat ia lahir. Btw, ada yang tertarik jadi Palang Hitam? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun