Mohon tunggu...
Annisa F Rangkuti
Annisa F Rangkuti Mohon Tunggu... Psikolog - 🧕

Penikmat hidup, tulisan, dan karya fotografi. https://www.annisarangkuti.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tuhan, Kemana Sebaiknya Cintaku Berlabuh?

28 April 2011   17:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:17 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_103925" align="aligncenter" width="500" caption="http://tinyurl.com/6b7lbsm"][/caption]

DALAM kurun waktu siang sampai sore ini aku mendapat dua kabar mengejutkan. Pertama, sepupu jauhku menjalin hubungan dengan wanita yang lebih tua darinya. Kedua, seorang temanku baru saja bercerai dari suaminya yang sebelumnya telah ia pacari selama bertahun-tahun, sejak kami sama-sama sekolah di SMA.

Yang pertama. Loh? Kenapa? Bukannya sedang "trend"? Ya, menjalin hubungan dengan wanita yang lebih tua usianya memang sedang "trend", tapi mungkin tidak akan menjadi pikiranku, jika aku tak tahu kalau wanita itu adalah seorang janda beranak satu. Langsung terbayang wajah Raffi Ahmad atau Ashton Kutcher yang mencintai wanita yang...hmmm...lebih pantas jadi tantenya, menurutku. Sepupuku ini tampan. Sungguh tampan. Percayalah, seluruh tampilan fisik idaman pria ada padanya. Tubuh atletis, kulit terang, senyum menawan, postur dan bahasa tubuh yang enak dipandang. Memang pria yang punya tipe seperti itu bukan dia saja. Banyak. Banyak sekali. Dan dengan kagum kukatakan, dia adalah salah satunya. Bukan itu saja, Kawan. Kepribadiannya sungguh memesona. Baik, ramah, mandiri, bertanggung jawab, penyayang, dan religius. Poin terakhir patut kuacungi dua jempol, atau bahkan lebih. Bagiku, pria yang "seksi" itu adalah pria yang tidak hanya sibuk mengurusi dunianya, tapi dia juga peduli akan akhiratnya, dekat dengan Tuhan. Dan itu bisa terlihat dari kesehariannya dalam beribadah, bertutur kata, bersikap dan berperilaku. Hmmm...rasanya dia terlalu sempurna ya? Mungkin aku saja yang belum menemukan kekurangannya. Kami sebenarnya baru berkenalan sebagai saudara jauh belum lama. Baru sekira lima tahunan, dan sejauh ini hubungan kami baik-baik saja. Lebih banyak bercerita basa-basi, mengobrol tentang banyak hal; tentang kampung halaman, atau tentang orang-orang yang sama-sama kami kenal. Bergosip? Hahaha...bukan. Lebih kepada diskusi. Dan berdiskusi dengan orang yang smart itu memang mengasyikkan. Tapi itu dulu. Sekarang aku sudah jarang berkomunikasi dengannya. Apalagi sejak aku menikah dan sibuk mengurusi urusan rumah tanggaku sendiri. Dan tadi siang, entah mengapa aku iseng menyapanya di messenger. Sekadar menanya kabar. Tepatnya...hmmm...mengkonfirmasi berita yang baru kudengar dari orangtuanya melalui orangtuaku yang sebelumnya bertemu di sebuah acara arisan keluarga. Hah! Membingungkan ya? Yah, intinya aku mendengar kabar terakhir tentangnya ini dari orangtuaku, yang sebelumnya bercerita panjang lebar dengan orangtuanya, dimana kedua pasang orangtua ini bertemu di sebuah acara arisan keluarga. Lha, mengapa jadi lebih membingungkan ya? Ah, sudahlah. Intinya, aku tahu sesuatu tentangnya dari orangtuaku yang bertemu... (Hey! Sudahlah! Hmmm...Okay...Sorry...) Langsung saja. Aku lalu menanyakan tentang kabar dirinya yang tengah menjalin hubungan dengan janda yang lebih tua usianya. Sebenarnya usia mereka tidak terpaut terlalu jauh, tapi mungkin karena predikat "janda" itu masih menyandang stigma yang negatif. Mengetahui itu, Ibunya sudah pasti tak rela, dan dia tahu persis itu. Tapi dari obrolan singkat itu, aku tahu dia takkan menyerah. Dia akan melakukan segalanya untuk bisa mendapatkan restu sang Ibu. Keras kemauan dan percaya diri, itu sifatnya yang paling menonjol. Dia pun mohon do'a agar jalan cintanya segera menemukan titik terang yang semoga bisa bermuara ke pintu gerbang pernikahan. Aku terdiam sejenak. Aku memahami perasaan sang Ibu. Ibu mana yang tak akan merasa redup hatinya ketika tahu bujangnya mencintai janda yang lebih tua usia? Pastilah semua ibu ingin agar anaknya, dalam hal ini anak laki-laki, menjalani hidup yang sewajarnya. Sewajarnya dalam arti; "Jika kau seorang perjaka, menikahlah dengan perawan yang lebih muda. Berbeda halnya jika kau adalah seorang duda. Silahkan kau pilih perempuan mana saja. Semoga masih ada yang mau". Begitukah kira-kira? Ah, yang pasti, semua Ibu, semua Ayah, atau katakanlah sebagian besar Ayah dan Ibu, ingin agar anaknya menikah dengan seseorang yang tak jauh-jauh dari kriteria standar orangtua. Seolah menyamai kata hati sang Ibu, ingin rasanya aku melancarkan protes padanya. Mengapa harus dengan wanita itu? Seperti tak ada wanita lain saja. Masih banyak perawan-perawan cantik, baik, sholehah, dan pantas bersanding denganmu! Ah, tapi itu terlalu kasar. Tak etis rasanya. Aku memang selalu membatasi diriku untuk tak mencampuri urusan pribadi orang lain. Biarlah dia dengan kehidupannya sendiri. Toh, dia yang menjalani. Dengan rasa penasaran, aku lalu menanyakan satu alasannya mencintai wanita itu. "Rasa nyaman," ketiknya, yang segera sampai di layar monitorku. Aku lalu tercenung. Ini salah satu alasan mengapa orang jatuh cinta. Tiba-tiba sisi lain hatiku lalu berkata dengan lemah lembutnya; Mengapa dengan janda? Mengapa dengan usia wanita yang lebih tua? Sungguh, kau tidak bisa mengatur bagaimana caranya cinta itu hadir dalam hatimu. Bila kau berada pada posisinya, sesungguhnya kau menghadapi sebuah dilema yang indah. Meski kau paksa, secantik apapun wanita di hadapanmu, jika tak ada setitik cinta pun melintas di hatimu, maka wanita itu akan terlihat biasa saja. Tak berkesan. Namun apa yang akan kau katakan ketika cinta itu hadir tanpa paksaan? Meski mungkin pada wanita yang "salah"? Cinta tak bisa berbohong. Cinta tak pernah salah. Sungguh Mahakuasa Sang Maha Pemilik Cinta. Maka aku pun paham. Cinta memang misteri indah anugerah Tuhan yang senantiasa bersemayam dalam hati manusia. Tak ada yang bisa menolak kehadirannya. Sekali tertancap, ia akan senantiasa hadir dalam langkah-langkah panjang hidupmu. Akhirnya kuputuskan untuk membungkam pertanyaan-pertanyaan usil itu dalam hatiku, dibungkus sebaris do'a; semoga dia mendapat jodoh yang terbaik baginya, karena Tuhan Mahatahu yang terbaik bagi hambaNya. (bersambung...) *** >> Mencoba memahami cinta dari perspektif yang berbeda. Ini bukan hanya perkara Oedipus Complex! :)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun