Mohon tunggu...
Annisa F Rangkuti
Annisa F Rangkuti Mohon Tunggu... Psikolog - 🧕

Penikmat hidup, tulisan, dan karya fotografi. https://www.annisarangkuti.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mimpi Jadi Nyata di Kompasiana Freez

3 Oktober 2011   08:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:23 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_134770" align="aligncenter" width="490" caption="Terilhami para sahabat digital.. :) (dok. AFR)"][/caption]

Hari ini ada tulisan adek di kompasiana. Selamat!

Sebuah sms dari Ayah pagi itu sempat membuatku bingung. Tulisan di Kompasiana? Bukankah sudah sejak lama aku menulis di social blog itu dan Ayah tahu persis akan hal itu. Lalu, tulisan mana yang Ayah maksud?

Aku lalu meneleponnya langsung. Beliau sedang berada di Jakarta dan Sabtu, 1 Oktober kemarin itu adalah hari kepulangannya ke Medan. Aku memang akan meneleponnya pagi itu, mengkonfirmasi jam keberangkatannya dari bandara Soekarno-Hatta agar tahu jam penjemputannya ketika tiba-tiba sms darinya itu masuk.

Sambil berpikir-pikir, sedetik kemudian ada sebersit kegembiraan di hatiku. Apakah yang dimaksud Ayah...

"Tulisan yang mana, Yah?" tanyaku langsung tanpa basa-basi setelah Ayah mengucapkan selamat lewat suaranya yang bernada gembira.

"Itu...tulisan adek yang di Kompas." 'Adek' adalah panggilan keluargaku karena aku adalah anak bungsu.

"Kompas mana? Kompas cetak?"

"Iya. Yang ada kompasiana-nya," kata-kata Ayahku langsung menerbitkan terang kegembiraan di wajahku. Kejadian selanjutnya, aku berseru kegirangan sambil mengucap hamdalah, mengucap syukur pada Sang Mahakuasa. Ah, tak usahlah kuceritakan bagaimana ekspresi kegembiraanku yang sebenarnya. Yang jelas, aku termasuk makhluk yang ekspresif. Hahahah...

Suara dari seberang sana kemudian menjelaskan kalau yang 'menemukan' tulisan itu pertama kali adalah keponakanku, yang duduk di kelas 6 SD. Ia mungkin sedang iseng (atau memang kebiasaannya?) membolak-balik surat kabar langganan orangtuanya. Ibunya, yang adalah kakakku, juga tak lupa mengucapkan selamat. Ah, sebenarnya aku yang harus lebih banyak mengucapkan selamat padanya karena ia baru pulang dari mengikuti seminar internasional Psikologi di Perth, Australia, dan berhasil memukau majelis yang terhormat melalui presentasi hasil penelitiannya di kampus.

Kebahagiaanku menjadi berlipat begitu merasakan ekspresi kegembiraan Ayah yang tergambar lewat suaranya. Aku bahagia karena turut membuatnya bangga. Aku bahagia karena di waktu yang berdekatan, aku dan salah seorang inspiratorku -kakakku itu- membuatnya tersenyum haru melihat pencapaian buah hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun