Mohon tunggu...
Annisa F Rangkuti
Annisa F Rangkuti Mohon Tunggu... Psikolog - 🧕

Penikmat hidup, tulisan, dan karya fotografi. https://www.annisarangkuti.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sahabat Digital: Bisakah Dipercaya?

26 September 2011   16:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:35 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kok bisa sih percaya dengan orang yang baru kenal dari dunia maya?"

Saya pernah mendapatkan pertanyaan yang bernada ragu seperti itu. Ketika diminta menjawab, saya pun tak tahu harus berkata apa. Entahlah. Saya percaya karena percaya saja. Terserah kalau kemudian saya dikatakan lugu, mudah terpengaruh, mudah percaya pada orang yang belum tentu baik, atau kata-kata lain yang intinya ingin mengajari saya agar berhati-hati.

Dalam hati, saya lebih percaya dengan kata hati saya. Saya tahu mana orang-orang yang bisa dipercaya dan mana yang tidak. Saya tidak selugu dan sebodoh itu dalam menilai seseorang yang saya kenal dari internet. Khusus di Kompasiana, (anggap saja) saya bisa menilai orang-orang dari tulisan ataupun komentar-komentar mereka di postingan. Hmmm...semudah itukah?

Tentu tidak. Butuh waktu yang cukup lama bagi saya untuk bisa menilai dan memercayai seseorang dari dunia maya untuk kemudian menjadikannya sebagai teman dekat. Butuh interaksi yang lebih intens, kalau perlu sampai bertemu lewat kopi darat (kopdar) agar bisa membandingkan interaksinya di dunia maya dengan di dunia nyata. Tak jarang saya menemukan orang-orang yang lebih ekspresif ketika berinteraksi di dunia digital daripada dalam kesehariannya. Atau sebaliknya. Di dunia nyata lebih ekspresif tetapi tidak di dunia maya. Keduanya mencirikan karakter orang yang berbeda. Yang pertama cenderung introvert, yang kedua cenderung ekstrovert? Bisa jadi. Bisa juga malah sebaliknya.

Mengenai dapat tidaknya jenis orang seperti ini dipercaya, ya tergantung kita juga. Bagaimana kesan pertama kita terhadapnya? Baik ketika membaca tulisan-tulisannya, mengobrol lewat komentar di postingan, maupun ketika bertatap muka? Bagaimana bahasa tubuhnya ketika bertemu secara fisik? Terkadang ketika melihat aslinya, tak sadar kita membayangkan ciri khas tulisannya yang selama ini kita jadikan referensi untuk mengenal kepribadiannya. Samakah dengan yang kita duga? Atau yang lebih penting, nyamankah ketika berinteraksi dengannya?

Memang, tetap ada kemungkinan faking good, atau kecenderungan seseorang untuk menampilkan hanya yang baik-baik dari dirinya. Tapi saya rasa itu tak menjadi masalah selama tidak dilakukan secara berlebihan. Bukankah keseharian kita penuh dengan persona (topeng) berupa peran-peran berbeda yang kita mainkan dalam kehidupan sehari-hari? Ada kalanya kita menjadi seorang pekerja kantoran dan di saat yang lain sebagai ibu rumah tangga. Ada kalanya kita menjadi pasangan yang romantis sementara di lain waktu kita adalah teman yang kurang menyenangkan. Jika hanya menampilkan hal-hal yang baik saja, yakinlah, orang yang berinteraksi dengan kita akan merasa bosan. Tidak ada manusia yang sempurna. Prinsipnya, sesungguhnya orang lain ingin melihat dan menerima kita apa adanya.

Ini juga berkaitan dengan identitas yang ditampilkan. Terlepas dari intensi ingin narsis atau eksis, bagi saya, orang-orang yang mau menampilkan dirinya secara jujur dan terbuka, baik itu lewat data pribadi maupun gambaran dirinya lewat foto-fotonya di jejaring sosial atau media sosial online lainnya (seperti Kompasiana) dapat menjadi poin tersendiri untuk menimbang, apakah orang tersebut siap membuka dirinya untuk sebuah pertemanan yang berlandaskan kepercayaan atau tidak. Alangkah baiknya memang jika apa yang ditampilkan di dunia maya itu sama dengan karakter kepribadiannya di dunia nyata. Lagipula, kan tidak lucu jika orang yang suka berkomentar atau memublikasikan tulisan humor tetapi dalam kesehariannya ternyata sangat serius? Hehehe...

Dalam menampilkan diri, saya pun berusaha apa adanya saja. Niat utama saya bergabung di Kompasiana sejak hampir 2 tahun yang lalu memang untuk memuaskan hasrat saya untuk menulis. Namun seiring berjalannya waktu dan lewat komunikasi yang (dulu) hampir setiap hari dilakukan, saya menemukan beberapa sahabat yang asyik diajak mengobrol atau diskusi. Obrolan yang semula hanya di kolom komentar, kini juga melalui kotak pesan atau bahkan telepon. Bahan obrolan pun tak lagi hanya seputar dunia maya, tapi terkadang merembet ke masalah pribadi. Khusus yang ini, saya menjaga betul privasi orang lain. Saya tidak akan mencampuri terlalu jauh jika tak diminta. Jika sedang dibutuhkan, saya akan menjadi pendengar yang baik dengan lebih banyak diam mencerna setiap kata-katanya dengan seksama. Kalau dibutuhkan solusi, saya menawarkan semampu saya. Lain waktu, saya yang membutuhkan dirinya menjadi pendengar yang baik. Ya begitu saja, timbal balik.

Idealnya, kita berusaha untuk berinteraksi secara seimbang dengan orang lain. Lazimnya sebuah hubungan adalah adanya interaksi timbal balik dengan ciri saling memberi dan saling menerima. Maka seperti itu jugalah hendaknya jika kita ingin membina hubungan dengan teman-teman di dunia maya. Tidak pun di dunia maya, dalam setiap hubungan sudah selayaknya saling berbagi dan menghargai serta menjaga kepercayaan yang telah diberikan.

Mungkin adanya kepercayaan itu pula yang membuat interaksi saya dengan teman-teman dekat di dunia maya masih baik sampai sekarang. Sejauh ini, tidak ada masalah yang berarti jika sudah saling menjaga kepercayaan seperti itu. Intinya, tidak akan ada kekhawatiran akan dibohongi atau dirugikan bila semuanya berawal dari niat baik untuk memperluas pergaulan dan menjalin silaturrahim.

Jadi, jika ditanya lagi, "kok bisa sih percaya dengan orang yang baru kenal dari dunia maya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun