[caption id="attachment_129163" align="alignleft" width="389" caption="Hidangan khas Lebaran (dok. AFR)"][/caption] Cerita Lebaran, tentu tak pernah lepas dari cerita kuliner. Jika Anda kebetulan berlebaran di Medan dan berkesempatan berkunjung ke rumah mertua saya, dapat dipastikan Anda akan bersukacita melihat berbagai macam hidangan yang ditawarkan untuk Anda sebagai tamu yang dimuliakan. Sudah menjadi kebiasaan keluarga suami saya dan orang-orang Minang pada umumnya untuk menjamu tamu yang bertandang ke rumah. Meski tidak tepat pada jam makan, tetapi kalau ada hidangan utama yang dapat ditawarkan, sang tamu akan diajak untuk menikmatinya bersama anggota keluarga. Khusus di kediaman mertua saya, kalau Lebaran seperti ini menu jamuannya khas rumah makan Padang. Selain rendang, pastinya, juga ada kalio ayam, sambal udang petai, sayur buncis hati rempela, sayur lodeh, opor ayam, gulai nangka, tauco udang, yang kesemuanya dapat dinikmati sebagai pelengkap ketupat lontong. Tapi ada satu menu istimewa yang mungkin belum banyak Anda temukan di tempat lain. Gulai itiak lado mudo atau gulai bebek cabai hijau, namanya. Seperti apa bentuk dan rasanya? Saya pun baru dapat benar-benar menikmatinya sebagai hidangan yang lezat setelah agak lama beradaptasi dengan lidah orang Kotogadang yang terbiasa mencicip gulai bebek cabai hijau ini. Maklum, saya yang dari keluarga Mandailing tak pernah menjadikan jenis unggas yang satu ini sebagai menu. Syukurlah lidah saya jenis lidah yang suka berwisata kuliner alias cepat beradaptasi dengan berbagai jenis makanan baru. Bentuknya ya seperti yang Anda lihat di foto. Potongan-potongan daging bebek bergelimang cabai hijau yang sudah dihaluskan. Tapi jangan salah. Kuah menu khas Kotogadang ini sama sekali tak menggunakan santan. Jadi kekhawatiran akan kolesterol yang meningkat agak berkurang. Hehehe... Membuatnya sebenarnya tak terlalu sulit. Hanya perlu keahlian khusus dalam menakar bumbu dan mengolahnya menjadi gulai bebek hijau yang lezat. Yang penting, pilih bebek yang masih muda agar dagingnya cepat empuk ketika dimasak. Bumbunya adalah campuran cabai hijau dan rempah-rempah seperti bawang merah, bawah putih, lengkuas, jahe, kunyit dan kemiri yang telah dihaluskan terlebih dahulu. Bumbu ini kemudian ditumiskan dengan daun kunyit dan batang serai. Setelah itu daging bebek dimasukkan ke dalam campuran bumbu rempah lalu disiram dengan air panas sampai seluruh daging bebek terendam. Kemudian tunggu saja sampai daging bebek empuk dan kuahnya meresap sambil sesekali diaduk agar tidak hangus. Setelah masak, gulai bebek cabai hijau siap santap. [caption id="attachment_129164" align="alignright" width="374" caption="Gulai bebek cabai hijau (dok. AFR)"][/caption] Lebih sedap jika menikmatinya dengan nasi panas dan telur mata sapi setengah matang. Onde mande...lamaknyo!* Bisa-bisa Anda menambah porsi makan berkali-kali. Tapi tetap hati-hati. Jika tak terkontrol, makan makanan seperti ini dapat meningkatkan berat badan dan juga kolesterol. Sebenarnya cara mengolah gulai bebek ini cukup bervariasi. Seperti gulai bebek hijau yang ada di Ngarai Sianok, Bukittinggi. Rumah makan yang terletak di Jalan Ngarai-Binuang ini menambah takaran cabai hijau dari takaran biasa. Sudah pasti, pedasnya pun luar biasa, tetapi membuat siapapun yang menyantapnya menjadi ketagihan karena rasa gurihnya yang mantap. Untuk mendapatkan rasa yang sulit terlupakan, ternyata ada resep rahasianya. Sebelum dimasak, daging bebek digodok bersama campuran cabai hijau dan bumbu bawang merah, bawang putih, kunyit dan lengkuas yang sudah dihaluskan, selama satu hari satu malam. Tujuannya agar pedas cabai meresap sampai serat daging. Selain itu juga agar daging bebek lebih empuk dan tidak amis lagi. Maka tak heran, rumah makan ini senantiasa dipenuhi pengunjung yang terkadang harus mengantre untuk dapat menikmati rasa gulai bebek cabai hijau yang lezat. Konon, tidak semua orang dapat memasaknya menjadi hidangan bebek yang nikmat. Mungkin itu juga yang menyebabkan banyak sanak saudara dan sahabat keluarga suami saya yang rindu bertandang ke rumah, apalagi saat Lebaran. Mengingat belum banyak rumah makan Padang yang menyediakan menu gulai bebek cabai hijau ini. Tepatnya, di Medan sendiri, setahu saya belum ada orang Kotogadang yang membuka rumah makan seperti yang ada di Ngarai Sianok. Jadi biasanya mulai dari hari kedua Lebaran, rumah mertua saya itu silih berganti dikunjungi tamu yang pastinya akan diajak bersantap bersama. Tamu-tamu itu pun mengakui kalau gulai bebek cabai hijau masakan mertua saya itu yang menjadi menu incaran. Tak heran jika menu yang satu itu cepat habis. Rasanya tak lengkap jika makan di rumah mertua saya tanpa ada gulai bebek cabai hijau, kata mereka. Praktis daging bebek dan bumbunya harus selalu siap sedia di dalam kulkas agar menu itu bisa dimasak lagi sewaktu-waktu. Bagaimana? Tertarik mencobanya? Jika suatu waktu Anda berkesempatan menikmati gulai bebek cabai hijau ini, tanpa sadar mungkin Anda akan berseru, "Onde mande...lamaknyo!" *** *) Aduhai...enaknya! Sumber tulisan: Link 1 Link 2 Link 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H