Mohon tunggu...
Annisa F Rangkuti
Annisa F Rangkuti Mohon Tunggu... Psikolog - 🧕

Penikmat hidup, tulisan, dan karya fotografi. https://www.annisarangkuti.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Menang Atau Kalah, Garuda (Tetap) di Dadaku

26 Desember 2010   15:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:22 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_80186" align="aligncenter" width="330" caption="(http://www.kombor.com/2010/12/tim-garuda-mengalahkan-philipina-pada-semifinal-piala-aff-suzuki-2010/)"][/caption] Baru kali ini saya menulis di kolom olahraga. Tentang sepak bola pula. Itu pun karena Timnas Indonesia bertanding di babak final menghadapi Malaysia. Jujur saja, tulisan ini saya buat dengan cukup emosional. Rasanya pahit sekali menghadapi kenyataan kalau Indonesia kalah 3-0 dari Malaysia. Itu lebih merupakan akumulasi rasa tidak senang atas sikap pemerintah dan masyarakat Malaysia yang akhir-akhir ini rasanya begitu sering melecehkan eksistensi kita sebagai negara tetangganya. Rasanya kok tak sudi dikalahkan oleh mereka. Tapi memang, kata hati kecil saya sulit dipungkiri, kalau sebelum malam ini, melihat gelagat masyarakat sebagai supporter dan media Indonesia yang cenderung berlebihan dalam mem blow-up "kemenangan sementara" Indonesia karena berhasil menjegal Filipina di semifinal, saya merasa "Indonesia sudah kalah mental!". Belum lagi upaya-upaya yang menurut saya "tidak pada tempatnya"; terutama gelaran doa istighosah para ulama dan santri pesantren demi mendoakan kemenangan sang Garuda sebelum keberangkatan Timnas ke Malaysia. Hey! Para pemain perlu latihan fisik dan mental! Tidak harus dengan cara yang seperti itu!. Saya umat muslim juga, tapi kita perlu berpikir realistis menghadapi sesuatu. Usaha sangat perlu dimaksimalkan. Doa, itu harus. Tapi tidak usah dengan cara yang berlebihan. Saya tidak ingin membahas tentang kecurangan supporter Malaysia dengan permainan laser atau petasannya hingga membuat pertandingan terhenti beberapa jenak dan karenanya mungkin membuyarkan konsentrasi Timnas kita. Saya ingin menelaah tentang mental tim Garuda kita yang sangat lemah di medan laga tadi. Tampak sekali tak siap menghadapi hal-hal  yang mungkin terjadi di lapangan. Kuku tajamnya seolah sudah tumpul, tak lagi bisa mencakar gawang lawan. Sangat berbeda pada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Tak heran. Kita lah yang termasuk melemahkan mental pasukan tim Garuda. Tidak percaya? Lihat saja. Dimana-mana, kapan saja, para pemain kita sudah dielu-elukan sedemikian rupa. Tidak di acara berita, tidak di acara infotainment. Seperti sudah menang dan memegang piala saja! Padahal baru sampai semifinal! Haduh...saya paling kecewa dengan sikap media yang seperti ini. Itu bukan menyemangati namanya, tapi diam-diam menghancurkan mental pemain Timnas. Para pemain pun secara tak sadar mungkin sudah berada di atas angin. Tak lagi melihat sekeliling dengan jeli dan mawas. Mungkin hampir melihat lawannya sebelah mata. Maka jadilah, yang ada bukan berlatih keras dan mempersiapkan mentalnya dengan prima, tapi sibuk melayani para penggemar dan wartawan yang sibuk meliput. Sementara lawan sudah siap mengintai untuk menghadang langkah, merebut kemenangan. Belum lagi sikap kita sebagai supporter yang menaruh harapan terlalu tinggi pada Timnas. Sudah menjadi sikap kita mungkin; kalau menang, yang terjadi adalah euphoria berlebihan, gaung semangat kemenangannya sampai terasa meledak di udara. Kalau kalah, kerusuhan antar tim sering tak bisa dielakkan. Jika menang, para pemain sangat dielu-elukan, namun jika kalah, justru dicaci dan dimaki. Mengapa tidak memberikan apresiasi dan semangat dengan cara yang sewajarnya saja? Sangat tidak sportif! Terus terang, saya mengagumi penampilan Malaysia tadi. Meski saya tak mengerti persis tentang aturan permainannya, saya salut dengan teknik bertahan dan menyerangnya hingga kita "terbius" dan kebobolan 3 gol. Timnas Indonesia perlu belajar tentang itu. Maka saya simpulkan, Indonesia belum siap untuk menang. Tuhan belum berkenan memberikan kemenangan itu sekarang. Mungkin usaha kita belum maksimal. Doa kita belum tulus ikhlas. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus siap kalah! Kalah kali ini, belum tentu kalah nanti. Ikhlaskan saja kekalahan itu dan berusaha lagi dengan memberikan yang terbaik. Anggap saja ini latihan mental. Kekalahan memang pahit, untuk bisa bersabar memang sulit, tapi sesungguhnya itu adalah vitamin super untuk membuat kita lebih kuat dari sebelumnya. Salam semangat untuk Tim Garuda! Semoga di leg kedua lebih gagah perkasa! Ayo...latihan lagi! #Garuda (tetap) di dadaku. Garuda (tetap) kebanggaanku. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun