Mohon tunggu...
Annisa Istiqomah
Annisa Istiqomah Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswi di jurusan PKnH FIS UNY, saya sedang menempuh semester empat. Saya saat ini juga sebagai kepala divisi VICSI (Advocasy n Publick Service) di Himpunan Mahasiswa PKnH. Saya senang membaca buku cerita dan juga jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegiatan Perpeloncoan di Sekolah , Membentuk Kepribadian Preman pada Siswa

13 Mei 2014   13:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:34 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bagi dunia pendidikan formal tahun ajaran baru identik dengan  kenaikan siswa ke tingkat yang lebih tinggi, penerimaan siswa baru, serta kelulusan siswa. Pada kesempatan kali ini yang menjadi sorotan adalah pada proses penerimaan siswa baru. Pada saat penerimaan siswa baru terdapat masa dimana para siswa harus melalui tahap Masa Orientasi Siswa (MOS). Masa Orientasi Siswa (MOS) adalah kegiatan yang umum dilaksanakan setiap tahun ajaran baru guna menyambut kedatangan siswa baru, Masa Orientasi Siswa (MOS) sebagai sarana perkenalan siswa dengan lingkungan baru di sekolah, dengan teman-teman baru, guru-guru, serta ekstrakurikuler yang ditawarkan oleh sekolah. Namun, kemudian seringkali kegiatan MOS diwarnai oleh kegiatan perpeloncoan yang dilakukan oleh senior kepada junior. Kegiatan ini berulang setiap tahun, misalnya dalam kegiatan perpeloncoan ini para siswa baru diperintahkan untuk membawa barang-barang yang unik, menggunakan sepatu dengan tali raffia, serta datang pada waktu yang telah ditentukan oleh panitia, dan apabila terdapat siswa baru yang tidak membawa barang-barang yang diperintahkan atau melakukan kesalahan maka ia akan mendapatkan hukuman dari seniornya.

Pada beberapa sekolah, Masa Orientasi Siswa (MOS) menjadi ajang perpeloncoan sebagai  sarana untuk melakukan balas dendam, sehingga kegiatan yang pada awalnya merupakan kegiatan yang menyenangkan berubah menjadi kegiatan yang penuh tekanan. Miris ketika dalam kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS)  diwarnai kekerasan hingga menyebabkan luka-luka, trauma, bahkan kematian pada siswanya. Masa Orientasi Siswa (MOS)  yang pada awalnya dipandang sebagai sebuah kegiatan untuk mempererat tali persaudaraan antara senior dan junior malah menjadi momok bagi siswa baru ketika memasuki sebuah instansi sekolah yang lebih tinggi. Berbagai pemberitaan mengenai kematian seorang siswa baru pada saat kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) menjadi tamparan bagi dunia pendidikan.

Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah segera bertindak tegas untuk menindaklanjuti pelaku-pelaku yang melakukan tindak kekerasan kepada seniornya pada saat Masa Orientasi Siswa (MOS) serta memberikan sanksi kepada sekolah-sekolah yang dalam melakukan kegiatan MOS tidak memenuhi prosedur sebagaimana layaknya. Sebab, apabila dibiarkan akan lebih banyak lagi korban-korban yang berjatuhan dari kegiatan perpeloncoan karena kegiatan MOS yang diwarnai dengan kekerasan serta tugas-tugas yang berat, tidak akan membentuk karakter siswa menjadi displin atau melatih mental tetapi sikap lain yang akan lebih tertanam yaitu balas dendam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun