Kita sebagai seorang muslim memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu. Karna tanpa adanya ilmu, kita tidak bisa melakukan segala hal. Dalam mencari nafkahpun perlu ilmu, beribadah dan bahkan makan dan minum memerlukan ilmu. Dengan demikian menuntut ilmu merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditolak apalagi menyangkut dengan kewajiban seseorang sebagai hamba Allah SWT. Jika kita tidak memahami kewajiban sebagai hamba Allah SWT, lalu bagaimana kita bisa memperoleh kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat (Lubis, 2016).
Menuntut ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya ajakan saja,  tetapi telah menjadi suatu kewajiban bagi setiap umat muslim. Di dalam Alquran dan hadis  banyak pembahas tentang  menuntut ilmu . Ilmu juga tidak bersifat spiritual tetapi ilmiah dan juga praktis bahkan ilmu menjadi cahaya untuk menerangi jalan hidup kita.
Ilmu adalah salah satu bagian paling penting bagi kehidupan kita sebagai manusia, tanpa ada ilmu kita tidak akan bisa berkembang, menuntut ilmu juga untuk menumbuhkan kesadaran dan bersikap. (Ramly, 2005)
Di dalam pandangan islam, ilmu merupakan keistimewaan yang dapat menjadikan manusia lebih unggul dari pada makhluk yang lainnya untuk menjalankan kekhalifahan. Dalam Alquran dan Hadis disebutkan secara berulang-ulang bahwa umat Islam yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi (Ulum, 2007)
Ilmu merupakan hal penting dalam diri kita sebagai manusia untuk menjalani kehidupan, tanpa ilmu seseorang tak bisa bergaul dengan baik, perintah pertama yang Allah turunkan kepada hamba-hambaNya adalah perintah membaca, ini dijelaskan dalam surat al-alaq ayat -5, agar manusia bisa membaca fenomena alam sekitar untuk mengambil ilmu pengetahuan, dan bisa bersyukur terhadap nikmat yang Allah berikan.
Imam al-Bukhari menukil hadis Rasulallah Saw. yang diriwayatkan sahabat Abdullah bin 'Amr bin 'Ash. Yang artinya : "Saya pernah mendengar Rasulallah Saw. bersabda bahwa, sungguh, Allah tidak mengambil ilmu secara langsung dari para hambaNya, namun dia mengambilnya dengan cara mewafatkan para ulama. Maka setiap orang 'alim pergi, akan pula ilmu yang ia miliki. Sehingga di dunia ini hanya tersisa orang bodoh dan manusia akan mengangkat orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka pun mulai bertanya sedang para pemimpin itu menjawab tanpa ilmu, maka mereka pun sesat dan menyesatkan" (HR. Al-Bukhari).
Hadis di ini memberikan pesan penting bahwa pengetahuan akan menjamin keseimbangan dan tujuan dalam kehidupan umat muslim. Jika di dalam kehidupan tidak ada ilmu hidup akan kehilangan arah bahkan bisa menyesatkan. Hadis ini juga menitipkan pesan bahwa kita umat muslim harus memiliki keilmuan yang kuat, agar melahirkan generasi yang baik. Kewaspadaan juga penting dihadirkan agar tidak berguru pada orang yang kurang pengetahuan (Safa'at, 2020)
Rasulullah saw. memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu, ini sejalan dengan apa yang telah Allah perintahkan dalam firmanNya. Rasulullah saw. Bersabda: "Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim" (Ibnu Dadiq , 2021) , adapun hadis dari Abu Hurairah Riwayat muslim yang merupakan potongan dari hadis yang cukup Panjang yang mencakup tentang ilmu yang artinya : "siapa saja yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga (HR. Muslim)
Menuntut ilmu esensinya disejajarkan dengan jihad fi sabilillah dalam kalam Allah Ta'ala surah at-Taubah ayat 122 yang artinya :"Tidak sepantasnya umat muslim itu seluruhnya berangkat (ke medan perang). Kenapa dari tiap-tiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya" (QS. AtTaubah: 122).
Anjuran menuntut ilmu yang disandingkan dengan esensi jihad pada ayat ini sangat jelas menunjukkan keutamaan yang sejajar. Singkatnya, tafaqquh fiddin atau menuntut ilmu agama sama pentingnya dengan berjihad. Keduanya sangat diutamakan dalam syariat (Safa'at, 2020).
Imam Zarnuji menyebutkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui keutamaan ilmu. Karna ilmulah yang menjadikan Allah memberikan keunggulan kepada Nabi Adam atas para malaikat. Ilmu merupakan penghantar untuk menuju pada ketakwaan dan melakukan hal-hal  kebaikan yang menyebabkan seseorang berhak mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, (Al-Zarnuji, 2004). Kedua, seorang pelajar harus tawadhu' atau rendah diri. Namun dalam kitab Ta'lim Muta'allim, tawadhu' diartikan sikap tengah-tengah antara sombong dan rendah diri atau minder, (Al-Zarnuji, 2004).
Penuntut ilmu, tidak boleh merasa rendah dan merendahkan dirinya karna  sedang mempelajari hal yang mulia dan berada pada jalan yang mulia. Salah satu perbuatan tawadhu' adalah kita  tidak  boleh mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya atau berekspetasi tinggi dan menghidari hal-hal yang merendahkan ilmu dan ahli ilmu. Bersama dengan sifat tawadhu', seorang pelajar juga harus memiliki sifat menjaga kesucian diri, (Bisri, 1999).
Al-Zarnuji menggolongkan manusia dalam tiga kategori. Pertama adalah manusia sempurna, yaitu orang yang pendapatnya benar dan berkenan untuk bermusyawarah. Kedua adalah manusia setengah sempurna, yaitu orang yang mempunyai pendapat yang benar tapi tidak mau bermusyawarah. Ketiga adalah manusia yang sama sekali tidak sempurna, yaitu orang yang mempunyai pendapat salah dan tidak mau bermusyawarah, (Al-Zarnuji, 2004).
Etika menuntut ilmu menurut Al-Zarnuji. Pertama niat, niat yang baik dan tidak menghapkan pujian dari manusia tetapi ingin mencari keridhoan dari Allah SWT. Kedua memilih ilmu, memilih ilmu harus yang paling baik. Ketiga menghormati guru, termasuk menghormati ilmu. Keempat bersungguh-sungguh, menuntut ilmu harus sungguh dan mengulang ilmu tersebut, Kelima tawakal kepada Allah SWT, dan tidak tergoda pada urusan dunia. Keenam memanfaatkan waktu untuk belajar.
Adab merupakan implementasi nyata dari etika (nilai-nilai yang harus dipegang) dalam menuntut ilmu yang dijelaskan oleh al-Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'allim. Hal-hal tersebut adalah : Pertama seorang pelajar harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Niat mencari ilmu tidak boleh hanya sebatas misalnya untuk mendapatkan nilai bagus. Kedua, seorang pelajar harus menomorsatukan ilmu dalam segala urusan. Ketiga, proses belajar juga harus dilakukan dalam waktu yang lama tanpa membuang-buang waktu belajar. Keempat, pelajar juga dituntut untuk hidup sederhana karena ilmu adalah jalan untuk melatih diri. Kelima, seorang penuntut ilmu tidak boleh tergesa-gesa dalam bertindak. Al-Zarnuji menjelaskan,"jangan engkau tergesa-gesa menghadapi masalahmu, tetapi biarkanlah dulu." Keenam, ilmu ibarat air, ia akan jernih ketika mengalir. Maka, seorang ahli ilmu tidak akan menyembunyikan ilmunya. Ketujuh, mengutip Ali bin Abi Thalib, seorang pelajar tidak boleh banyak bicara. "Orang yang sempurna akalnya akan sedikit bicaranya. Apabila seorang terlalu banyak bicara, maka yakinlah akan kedunguannya." (Al- Zarnuji, 2004)
Dalam proses belajar, kita pencari ilmu juga tidak diperbolehkan mempunyai pikiran atau prasangka yang buruk. Kerena itu menjadi penghalang pada pemahaman kita dan penguasaan terhadap ilmu. Jika kita berpikiran buruk sikap kita juga berpengaruh pada proses belajar dan bisa mengarah pada hal yang buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H