Imam Zarnuji menyebutkan bahwa seorang pelajar harus mengetahui keutamaan ilmu. Karna ilmulah yang menjadikan Allah memberikan keunggulan kepada Nabi Adam atas para malaikat. Ilmu merupakan penghantar untuk menuju pada ketakwaan dan melakukan hal-hal  kebaikan yang menyebabkan seseorang berhak mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, (Al-Zarnuji, 2004). Kedua, seorang pelajar harus tawadhu' atau rendah diri. Namun dalam kitab Ta'lim Muta'allim, tawadhu' diartikan sikap tengah-tengah antara sombong dan rendah diri atau minder, (Al-Zarnuji, 2004).
Penuntut ilmu, tidak boleh merasa rendah dan merendahkan dirinya karna  sedang mempelajari hal yang mulia dan berada pada jalan yang mulia. Salah satu perbuatan tawadhu' adalah kita  tidak  boleh mengharapkan sesuatu yang tidak semestinya atau berekspetasi tinggi dan menghidari hal-hal yang merendahkan ilmu dan ahli ilmu. Bersama dengan sifat tawadhu', seorang pelajar juga harus memiliki sifat menjaga kesucian diri, (Bisri, 1999).
Al-Zarnuji menggolongkan manusia dalam tiga kategori. Pertama adalah manusia sempurna, yaitu orang yang pendapatnya benar dan berkenan untuk bermusyawarah. Kedua adalah manusia setengah sempurna, yaitu orang yang mempunyai pendapat yang benar tapi tidak mau bermusyawarah. Ketiga adalah manusia yang sama sekali tidak sempurna, yaitu orang yang mempunyai pendapat salah dan tidak mau bermusyawarah, (Al-Zarnuji, 2004).
Etika menuntut ilmu menurut Al-Zarnuji. Pertama niat, niat yang baik dan tidak menghapkan pujian dari manusia tetapi ingin mencari keridhoan dari Allah SWT. Kedua memilih ilmu, memilih ilmu harus yang paling baik. Ketiga menghormati guru, termasuk menghormati ilmu. Keempat bersungguh-sungguh, menuntut ilmu harus sungguh dan mengulang ilmu tersebut, Kelima tawakal kepada Allah SWT, dan tidak tergoda pada urusan dunia. Keenam memanfaatkan waktu untuk belajar.
Adab merupakan implementasi nyata dari etika (nilai-nilai yang harus dipegang) dalam menuntut ilmu yang dijelaskan oleh al-Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'allim. Hal-hal tersebut adalah : Pertama seorang pelajar harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Niat mencari ilmu tidak boleh hanya sebatas misalnya untuk mendapatkan nilai bagus. Kedua, seorang pelajar harus menomorsatukan ilmu dalam segala urusan. Ketiga, proses belajar juga harus dilakukan dalam waktu yang lama tanpa membuang-buang waktu belajar. Keempat, pelajar juga dituntut untuk hidup sederhana karena ilmu adalah jalan untuk melatih diri. Kelima, seorang penuntut ilmu tidak boleh tergesa-gesa dalam bertindak. Al-Zarnuji menjelaskan,"jangan engkau tergesa-gesa menghadapi masalahmu, tetapi biarkanlah dulu." Keenam, ilmu ibarat air, ia akan jernih ketika mengalir. Maka, seorang ahli ilmu tidak akan menyembunyikan ilmunya. Ketujuh, mengutip Ali bin Abi Thalib, seorang pelajar tidak boleh banyak bicara. "Orang yang sempurna akalnya akan sedikit bicaranya. Apabila seorang terlalu banyak bicara, maka yakinlah akan kedunguannya." (Al- Zarnuji, 2004)
Dalam proses belajar, kita pencari ilmu juga tidak diperbolehkan mempunyai pikiran atau prasangka yang buruk. Kerena itu menjadi penghalang pada pemahaman kita dan penguasaan terhadap ilmu. Jika kita berpikiran buruk sikap kita juga berpengaruh pada proses belajar dan bisa mengarah pada hal yang buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H