Mohon tunggu...
Annisa SalsabilaLubis
Annisa SalsabilaLubis Mohon Tunggu... Diplomat - Annisa S Lubis

email annisasalsabila928@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rasulullah: Diplomat Tangguh dan Perannya dalam Perjanjian Hudaibiyyah

1 November 2019   21:58 Diperbarui: 1 November 2019   22:07 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembukaan kata draft ditolak keras oleh Suhail kareba kalimat rahman dalam kata bismillahhirrahmanirrahim. Mereka ingin permulaan kata diawalin dengan bismikallahuma. Suhail memaksakan untuk menuliskan redaksional yang biasa mereka gunakan dikalang Quraisy, dan Rasullah menerimanya dengan lapang dada dengan menjawa dengan QS al-Isra 17:110.

Namun kendala datang lagi, utusan Quriasy menolak menggunakan kalimat Raslullah setkah nama Muhammad. Mereka menolak sebab secara legal format telah memberikan pengakuan resmi terhadap lerasulan Muhammad. Dan mereka menginginkan kalimat Rasullah diganti dengan Muhammad bin Abdullah.

Rasulullua berlaku sewajarnya dalam neghadapi situasi ini dan menyatakan "Demi Allah, saya utusan Allah, meskipun kamu sekalian tidak mengakui apa yang saya katakana".

Dengan meneguhkan bahwa dirinya Rasul, beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib untuk menuliskan draf perjanjian tersebut. Namun Ali sangat merasa keberatan, sehingga ia meletakan jemarinya diatas kertas dan Rasullah sendiri yang menghapus kata tersebut.

Sehingga perjanjian Hudaibiyyah bisa terlaksanakan dan berlanjut. Namun selang beberapa jam setalah perjanjian seorang Quraisy bernama Abu Janda anak dari utusan Quraisy yang baru masuk islam datang kehadapan Rasullah dan meminta perlindungan.

Namun Rasulullah tetap berpegang teguh akan perjanjian yang baru tercipta, dan meminta Abu Jandal untuk bersabar karena Alla akan memberikan pertolongannya dan memintanya untuk kembali ke Mekkah.

Melalui kisah ini dapat dilahat kepiawaan Nabi Muhammad sebagai seorang diplomat islam yang teguh, sabar, ahli negosiasi denga visi yang jelas dan tujuan yang terarah, sosok yang mampu mengendalikan emosinyadalam situasi yang genting, mampu mengendalikan gejolk jiwanya. Sosok ambassador yang secara komplik mengabdikan dirinya kepda idealisme daan kedamaian tanpa harus mengorbankan jiwa manusia. Beliau seorang diplomat yang bijak dalam menentukan arah yang akan diambilnya.

Disadur dari buku diplomasi Islam karya Dr.Afzal Iqbal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun