Ketika saya bekerja sebagai guru sekolah dasar, saya menemukan beberapa orang tua mengukur keberhasilan belajar anak mereka dengan memahami materi pelajaran dengan baik. Lalu, bagaimanakah proses belajar itu? Apakah memahami materi pelajaran dengan baik saja cukup untuk mengukur keberhasilan belajar? Menurut Wittig (1995), dalam belajar ada proses Retrieval, yaitu apabila anak mendapat pertanyaan mengenai materi yang telah diperolehnya, ia akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang dihadapinya. Jadi, belajar bukan hanya tentang memahami, tapi juga menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Kemampuan menyelesaikan masalah, yang dapat dilihat dari kemampuan untuk berpikir kritis, sangatlah penting. Hal ini dapat menumbuhkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan persoalan dan  menghasilkan ide-ide yang unik dan baru.
Selain kegiatan belajar di sekolah, kegiatan di rumah juga dapat mendukung kemampuan berpikir kritis bagi anak. Anda juga dapat mendukung proses belajar anak anda dengan beberapa aktivitas atau kegiatan sederhana berikut ini :
Berdiskusi dengan anak
Kegiatan ini bisa Anda lakukan ketika sedang bersantai di rumah. Sebagai orang tua, Anda dapat melakukan percakapan berupa pertanyaan reflektif, seperti, "Menurut Adek, kenapa sih kita harus menjaga kebersihan rumah?". Dengan begitu, anak akan terpacu untuk menghasilkan jawaban yang membuka berbagai kemungkinan dan pemecahan persoalan sehingga diskusi tetap berjalan. Jadi, hindari pertanyaan dengan jawaban Ya/ Tidak, seperti, Apa kamu suka tomat? Atau Apa kamu merasa sedih?. Pertanyaan semacam itu akan hanya menghasilkan satu jawaban singkat.
Bermain sambil belajar
Terkadang, belajar menjadi aktivitas yang membosankan bagi anak. Jika anak Anda merasa bosan dengan aktivitas belajar yang biasa dilakukan, cobalah untuk mengajaknya bermain di rumah. Permainan dapat dilakukan dengan merakit benda sederhana, merangkai puzzle, atau aktivitias permainan lain yang dapat melatih motoric halus anak anda. Anda juga dapat mencari berbagai aktivitas permainan di platform-platform video, seperti Youtube. Saat ini, banyak konten yang menyajikan ide bermain dengan anak. Carilah aktivitas yang menarik minat anak dan dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Menulis cerita
Dengan menulis cerita, anak dapat menggali persoalan melalui cerita yang ditulisnya. Masukkan unsur 5W+1H (what, when, who, why, where, dan how) dalam cerita, agar dapat menciptakan cerita yang utuh dan menarik. Selain itu, menciptakan tokoh unik melalui cerita juga bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas anak. Tentu tidak mudah untuk menumbuhkan minat menulis ini, tapi Anda bisa mencoba untuk memotivasi anak Anda untuk berlatih secara rutin menulis teks pendek, salah satunya dengan menulis jurnal harian.
Nah, itulah tiga kegiatan belajar yang bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan berpikir kritis pada anak. Mudah, bukan? Jadikan aktivitas belajar lebih bermakna dan mampu menumbuhkan sikap kritis dan ingin tahu. Hasil yang diperoleh mungkin tidak seketika, namun, berlatih berpikir kritis akan berguna untuk perkembangan anak di kemudian hari. Maka itu, kesabaran dan ketekunan adalah kuncinya, karena tempat belajar tidak hanya di kelas, tapi juga di rumah. Yuk, kita bantu anak-anak kita mencapai kesuksesannya. Tetap semangat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H