Mohon tunggu...
Annisa SriIswanti
Annisa SriIswanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Health

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Calon Pengantin

17 April 2024   20:02 Diperbarui: 17 April 2024   20:36 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENTINGNYA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK CALON PENGANTIN 

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia mencapai 295.000 kematian dengan penyebab mengalami tekanan darah tinggi selama masa kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia), perdarahan, infeksi postpartum, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2021). Data ASEAN menyebutkan bahwa AKI tertinggi berada di Myanmar sebesar 282.00/100.000 Kh di tahun 2020, dan AKI terendah berada di Singapura tidak adanya kematian ibu di tahun 2020. Di Indonesia AKI pada tahun 2020 sebesar 4.627 kematian yang disebabkan oleh penyebab lain-lain sebesar 34,2%, perdarahan 28,7%, hipertensi masa kehamilan 23,9%, dan Infeksi 4,6% (Kemenkes RI, 2021).

Pada tahun 2020, WHO (World Health Organization) menyebutkan  AKB (Angka Kematian Bayi) sebesar 2.350.000 (WHO, 2021). Data ASEAN pada tahun 2020 menyebutkan AKB tertinggi berada di Myanmar sebesar 22.00/1000 Kh dan terendah berada di Singapura pada tahun 2020 (ASEAN Secretariat, 2021). Di Indonesia tahun 2020, AKB sebanyak 20,266 kematian dengan penyebab BBLR, afiksia, infeksi, kelainan konginetal, dan tetanus neonatorum (Kemenkes RI, 2021).

Kematian ibu dan bayi di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor lain. Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi pada masa calon pengantin menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kematian ibu dan bayi di Indonesia. CATIN (Calon Pengantin) adalah tahap awal terbentuknya sebuah keluarga, oleh sebab itu, penting bagi calon pengantin untuk menyiapkan kondisi kesehatannya agar dapat menjalankan kehamilan sampai dengan nifas dengan sehat sehingga dapat melahirkan generasi penerus yang sehat dan menciptakan keluarga yang sehat, sejahtera, dan berkualitas (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Penelitian menunjukan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin berpengaruh terhadap kematian ibu dan bayi, dan dapat meningkatkan pemahaman serta keikutsertaan calon pengantin untuk melakukan premarital check up yang berfungsi mengetahui kesehatan dari calon pengantin. Dengan demikian, Penyuluhan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dapat  meningkatkan pemahaman para calon pengantin terkait kesehatan reproduksi, yang pada akhirnya dapat membantu dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin ini juga di pengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang menjadi acuan keberhasilan. Faktor pendukung pelaksanaan bimbingan pra nikah merupakan calon pengantin yang aktif dengan para calon pengantin dinilai kooperatif dan aktif bertanya dan berdiskusi bersama dengan pemateri mengenai hal-hal yang kurang mereka pahami atau sekedar mengonfirmasi informasi yang mereka dapatkan. Koordinasi antara petugas disetiap instansi terjalin dengan baik, dalam hal ini kerja sama yang baik terjalin antara calon pengantin, desa/kelurahan, puskesmas, penyuluh KB dan KUA, dan dukungan pihak terkait seperti tokoh agama yang juga terlibat dalam proses pernikahan. Dan sikap kooperatif calon pengantin dalam mengikuti jadwal bimbingan dengan para calon pengantin sukarela datang dan disiplin untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan dana juga datang tepat waktu.

Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan pra nikah merupakan keterbatasan sumber daya manusia yang melakukan pemberian informasi atau penyuluhan berpengaruh terhadap jumlah calon pengantin yang paham mengenai kesehatan reproduksi. Kurang mendukungnya fasilitas sehingga mempengaruhi keefektifan dalam penyampaian informasi. Keterbatasan dana mempengaruhi ketersediaan alat pendukung yang dapat mepengaruhi keefektifan acara. Ada juga faktor-faktor lainnya seperti faktor internal perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan serta minat dan motivasi. Faktor eksternal latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar suatu obyek.

Upaya terlaksananya penyuluhan  kesehatan reproduksi calon pengantin ini perlu melibatkan berbagai pihak seperti, kementerian agama pusat dan kabupaten, KUA serta masyarakat, dan materi kesehatan reproduksi yang disampaikan oleh tenaga kesehataan  karena tenaga kesehatan lebih memahami terkait kesehatan reproduksi yang akan disampakan. Pemahaman secara dini juga dapat dilakukan melalui pendidikan di jenjang SMA/SMK/Sederajat sehingga calon penganti memiliki pemahaman yang lebih berkesinambungan.  Oleh karena itu, integrasi penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin ke dalam program-program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) dapat menjadi strategi efektif dalam menangani faktor-faktor risiko kesehatan reproduksi calon penganti yang berkontribusi pada angka kematian ibu dan bayi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara calon pengantin sebelum dilakukannya penyuluhan kesehatan reproduksi dan calon penganti yang sudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi.  Hasil penelitian, calon pengantin tidak bisa menjawab pertanyaan pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan nifas pada point kehamilan, persalinan dan pemberian ASI. Setelah diberikan intervensi hasil tersebut menunjukan rata-rata calon pengantin memiliki pengetahuan yang baik setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, penyuluhan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin dari tenaga kesehatan dapat memberikan pemahaman yang lebih optimum untuk menambah wawasan para calon pengantin.

Mekanisme penyuluhan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin yang dapat mempengaruhi parameter kesehatan reproduksi dan mengurangi risiko kematian ibu dan bayi dengan melibatkan berbagai faktor. Penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin telah terbukti efektif dalam menangani faktor-faktor risiko kesehatan reproduksi yang dapat menyebabkan kematian ibu dan anak.

Penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin membantu calon pengantin dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak reproduksi secara bertanggungjawab dengan mengetahui kemungkinan kondisi dari calon pengantin serta kondisi anak yang akan dilahirkan, termasuk genetik, penyakit kronis, infeksi menular seksual dan lainnya. Selain itu, penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin dapat mempengaruhi pemahaman, minat, serta kebersediaan calon penganti mengikuti premarital check up. Dengan demikian, penyuluhan kesehatan reproduksi calon pengantin merupakan intervensi yang efektif dalam menangani faktor-faktor risiko kesehatan reproduksi yang dapat berkontribusi pada angka kematian ibu dan bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun