Hayooo… kalian baca judulnya sambil nyanyi ga nih? Hihihi. Iya, soundtrack film bertema keluarga yang legendaris itu, Keluarga Cemara. Film dan lirik lagunya sarat akan makna ya.
Lalu di cover artikel ini, si bapak dari keluarga yang kita kenal ada di kaleng biskuit ternyata sudah pulang ke rumah ya, guys. Syukurlah :D
Bicara soal harta, menurut kalian, apa harta yang paling berharga dalam hidup kalian? Uang segunung? Jabatan yang tinggi? Popularitas? Wajah rupawan? Atau sederet hal-hal lain yang biasanya diukur pakai standar duniawi?
Tentu tidak ada yang salah, setiap orang punya penilaiannya sendiri kan soal itu semua. Kalian pun juga sama. Akan tetapi, pernah ga kalian berpikir kalau misalnya kita punya semua hal-hal yang tadi aku sebutin, tetapi kita hidup seorang diri di dunia ini?Â
Menjalani hari-hari seorang diri, tiada yang menemani. Hampa banget deh rasanya. Namun, dengan adanya keluarga, sahabat, dan orang-orang terkasih di sisi kita, menjalani hidup ini jadi tidak terasa menakutkan.
Sosok pertama yang ada di keluarga adalah ayah, sang nahkoda keluarga. Sosok yang jarang ada di rumah karena bekerja keras memeras peluh keringat agar anak dan istrinya bisa makan dan hidup layak. Sosok yang barangkali berangkat ketika kita masih terlelap dan pulang ketika kita sudah tertidur lagi di malam hari. Memang tak banyak kata yang ia ucap, tetapi semua tindakannya adalah bukti cinta sejati untuk keluarga.
Kemudian, ada ibu. Perempuan paling berjasa dalam hidup kita, malaikat tanpa sayap. Sosok yang di bawah telapak kakinya ada surga bagi kita. Hamil, melahirkan, menyusui, serta merawat kita dengan penuh ketulusan. Saking besarnya jasa seorang ibu, ada yang pernah bilang begini. Meskipun kita menggedong ibu kita dari tempat kita berada saat ini hingga ke Mekah dan bolak balik, itu tidak akan mampu menggantikan setetes darah ibu ketika melahirkan kita.
Lalu ada saudara kita, bisa kakak atau adik. Biasanya, kita merasa kesal karena memilki saudara yang kerjaannya malah membuat kita repot (bisa dari sudut pandang si kakak atau si adik). Kakak dan adik bisa jadi teman main dan belajar yang mengasyikkan. Bersyukurlah jika kamu terlahir jadi anak sulung, tengah, atau bungsu. Semua ada perannya. Karena kamu tidak akan merasakan bagaimana di posisi anak tunggal.
Menurutku, keluarga juga bisa terbentuk di luar ikatan darah. Bisa jadi tetangga kita yang selalu siap sedia menolong kita ketika sedang kesulitan, teman-teman di sekolah, dan teman organisasi barangkali. Atau mungkin teman tongkrongan serta orang-orang yang selalu setia bersama kita melakukan berbagai hal baik di hidup ini. Mereka layak disebut keluarga meskipun tanpa terikat pertalian darah.
Setiap orang lahir ke dunia ini tidak bisa memilih ingin lahir dari keluarga yang seperti apa. Hal itu sudah digariskan oleh Tuhan sejak lama sekali.Â