Mohon tunggu...
Ansara
Ansara Mohon Tunggu... wiraswasta -

Suka Musik, Sejarah dan Fotografi FB Annie Sabri, Twitter @4nsar4

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tindik Tubuh, antara Budaya, Seni dan Obsesi

9 Juni 2012   03:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:13 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_193519" align="aligncenter" width="671" caption="Foto1, www.sanchezbodypiercing.blogspot.com, Foto2, www.piercingstudio-wien.at, Foto3 www.huftingtonpost.com"][/caption]

Menindik tubuh (body piercing) atau dibagian wajah lalu disematkan kayu, logam, tulang atau perhiasan telah dilakukan sejak zaman dulu. Beberapa mummy yang berumur ribuan tahun pernah ditemukan memakai anting logam ditelinganya. Sementara menurut sejarah, kebiasan menindik hidung sudah ada sejak zaman nabi Ibrahim (sekitar 4ribu tahun lalu). Berbagai suku di Afrika dan badui di Timur Tengah terbiasa menindik hidung mereka. Kebiasaan menindik hidung ini dibawa orang-orang Timur tengah ke India pada abad ke 16. Selain untuk mempercantik diri, para wanita India menindik titik tertentu pada bagian kiri hidungnya karena diyakini bisa  mempermudah proses melahirkan. Zaman dulu wanita yang ditindik hidungnya menandakan bahwa dia sudah menikah, tapi saat ini di India banyak gadis lajang dan anak-anak yang ditindik hidungnya. Ada 3 bagian hidung yang biasa ditindik yaitu bagian Nostril (cuping hidung), septum (bawah atara lubang hidung) dan bridge (batang hidung). Dibawah ini foto 3 bagian hidung yang biasa ditindik ▼


[caption id="attachment_193525" align="aligncenter" width="595" caption="Foto 1 & 3, www.piercingstudio-wien.at. Foto 2, www.primehealth-channel.com"]

13392105651679780972
13392105651679780972
[/caption]

Selain telinga dan hidung, menindik bibir, puting, lidah, alat kelamin dan bagian tubuh lainnya juga sudah dilakukan berbagai suku diseluruh dunia sejak ribuan tahun lalu. Banyak pria di zaman kerajaan Romawi kuno menindik putingnya untuk menunjukan kejantanan atau mengaitkan jubah mereka sementara pada masyarakat suku primitif menindik wajah atau tubuh digunakan untuk menandakan status mereka dalam suku, sebagai bagian dari ritual atau dijadikan jimat untuk mengusir roh jahat. Tidak hanya menindik secara normal tapi menindik tubuh secara ekstrim (extreme body piercing) sudah ada sejak dahula kala dan biasanya digunakan untuk ritual pengorbanan bagi para dewa atau leluhur mereka.

Dizaman modern, praktek menindik tubuh ini mulai disukai dan berkembang luas setelah perang dunia kedua. Praktek body piercing di Eropa dan Amerika terjadi setelah para turis pulang dari perjalanan kebenua lain dan menyebarkan budaya masyarakat itu dinegaranya, misalnya menindik hidung jadi populer setelah perjalanan dari India. Saat ini orang melakukan body piercing dengan berbagai alasan yaitu, untuk: mengespresikan diri lewat seni, seksualitas, memperlihatkan keberanian, menyesuaikan diri dengan budaya, pemberontakan terhadap lingkunganya atau terobsesi terhadap rasa sakit yang ditimbulkan akibat ditindik. Yang popular dikalangan selebriti dan anak muda adalah tindik, kuping (normal atau dengan banyak anting), hidung, lidah dan pusar.


[caption id="attachment_193528" align="aligncenter" width="608" caption="Semua foto diambil dari www.imgfave.com"]

13392109901483906338
13392109901483906338
[/caption]

Jika body piercing dilakukan secara wajar akan menimbulkan aura kecantikan atau kejantanan bagi pelakunya. Tapi jika dilakukan terlalu berlebihan, selain merusak tubuhnya tapi juga menimbulkan rasa ngeri bagi yang melihatnya. Beberapa waktu lalu ada pameran body piercing di Amerika, diantaranya yang sangat ekstrim. Untuk melihat fotonyapun dibutuhkan keberanian karena terlalu sadis. Dizaman modern ini pelaku "extreme body piercing" ini patut dipertanyakan kondisi mentalnya, kenapa mereka begitu terobsesi untuk menyakiti dan merusak bagian tubuh yang telah dianugerahkan tuhan dengan begitu sempurna? Apa sebenarnya yang mereka cari? pujian, kebanggan atau kepuasan? Entahlah hanya mereka yang tahu jawabannya...

* Referensi: http://www.wikipedia.org/ http://www.hufftingtonpost.com/ http://www.squido.com/ http://www.painfullpleasures.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun