Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Taman Soekasada, Kekayaan Peninggalan Kerajaan Karangasem di Timur Bali

21 Mei 2021   13:58 Diperbarui: 21 Mei 2021   14:50 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu spot istagenic saat Festival Subak berlangsung | Foto dokumentasi pribadi

Saya dah lama banget ingin menjelajah Bali bagian Timur, Karangasem khususnya.  Satu sisi dari pulau dewata yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan malam tapi kaya akan peninggalan sejarah kerajaan Bali jaman dahulu kala.  Daerah, yang menurut cerita teman-teman, sangat jauh dari hingar bingar dan menjadi pusat tumbuh kembang saudara-saudara muslim di Bali.

"Kalau ke Karangasem, lo bakal denger adzan di setiap waktu sholat An.  Dan mencari makanan halal di sana jauh lebih gampang ketimbang di tengah kota,"  Begitu pesan yang saya dapat dari teman ini.  Tambahlah makin penasaran.  Secara, selama tinggal dan atau menginap di Denpasar, mendengarkan lantunan adzan hanya bisa dinikmati lewat alarm HP.  

Dan itu harus saya aktifkan sebagai pengingat karena adanya perbedaan waktu dengan WIB yang selama ini jadi acuan.  Begitupun soal asupan makanan.  Kecuali beberapa brand franchise yang sudah umum, makan di tempat lain kudu dapat referensi dulu dari saudara-saudara muslimah.  Kalau sudah yakin, baru deh saya berani makan di resto itu.

Dari beberapa referensi, saya mendapatkan info bahwa untuk mencapai Karangasem dari Denpasar, butuh waktu kurang lebih 2-3 jam berkendara.  Itu dengan asumsi kita tidak menemukan hambatan lalu lintas yang berarti dan nyetirnya dengan kecepatan sedang.  Kalau liat di peta sih jaraknya sekitar/kurang lebih 65km.  Not really far actually.  Apalagi buat yang terbiasa hidup di ibukota.  Waktu tempuh 2 jam sepertinya hitungan standard untuk mencapai satu tempat yang kemungkin besar jaraknya jauh lebih dekat ketimbang dari Denpasar ke Karangasem.

Perjalanan kali ini jadi salah satu cerita yang istimewa buat saya.  Ada 3 alasan tepat untuk menyebutnya sebagai kunjungan istimewa.  Pertama karena saya baru saja pulih dari sakit HNP (sakit saraf kejepit) berkepanjangan.  

Sakit yang cukup menyiksa karena menyerang badan bagian belakang sehingga saya sulit bergerak dan beraktifitas seperti biasa.  Kedua karena ditemani oleh 2 kawan yang gak putus dengan ribuan cerita (Dian dan Dwi) sepanjang perjalanan.  

Ketiga adalah karena kami (saya, Dian, dan Dwi) dijamu dengan sangat apik oleh Pak Eko, seorang aparat negara yang begitu telaten memberikan bimbingan sosial kepada masyarakat Karangasem.  

Saking ngetopnya Pak Eko ini, hampir di setiap sudut tempat yang kami kunjungi, selalu ada orang yang mengenali dan menyapa.  Seorang bapak 1 anak yang sudah sering bekerjasama dengan Dian dan sering melakukan kegiatan sosial bersama di Karangasem.

Sambil menunggu kedatangan Pak Eko, saya memperhatikan lingkungan sekitar tempat kami menitipkan kendaraan.  Bergabung dengan salah satu area parkir, banyak warung-warung dan meja-meja penjual makanan plus minuman.  Teriknya matahari sepagian itu tampaknya tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap berjualan, berikhtiar mencari rejeki, dan menawarkan refreshment bagi banyak wisatawan, termasuk saya yang merasakan dahaga yang luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun