Mohon tunggu...
annieka nurman
annieka nurman Mohon Tunggu... -

mahasiswa kelahiran magelang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Money Politics Penyakit Akut yang Menggerogoti Demokrasi Negeri Ini

6 April 2014   05:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah menjadi common sense bahwa setiap ada pemilihan umum entah itu pemilihan presiden, pemilihan anggota legislatif, pemilihan kepala daerah bahkan sampai pemilihan kepala desa pasti ada money politics atau politik uang. Bisa dibilang money politics merupakan suatu tradisi yang selalu ada setiap ada pemilihan umum di negeri ini. Ibarat penyakit, money politics merupakan penyakit akut yang sulit untuk disembuhkan, ibarat lagu money politics merupakan lagu lama yang sering dinyanyikan dan menjadi kebiasaan.

Sulit untuk menemukan seorang calon pemimpin yang benar- benar bersih tanpa money politics di negeri ini, walapun ada mungkin hanya nol koma sekian persen dan bisa dihitung. Hanya dimulut dan diatas kertas saja mereka menggembor- gemborkan kalau mereka calon pemimpin yang bersih dan transparan tanpa politik uang, tetapi realitanya tidak sejalan dengan yang mereka ucapkan. Tak heranjika demokrasi menjadi semacam arena jual beli suara layaknya jual beli suatu barang. Maka tidak aneh jika yang bisa mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin adalah orang- orang kaya yang punya banyak uang. Karena kalau tidak punya banyak uang maka tidak akan menang karena kalah bersaing dengan calon- calon yang banyak uang yang mampu membeli suara dari masyarakat. Dan inilah yang menyebabkan demokrasi menjadi transaksional.

Money politics sama halnya pembodohan masyarakat, karena dengan masyarakat menerima suara mereka dibeli oleh seorang calon pemimpin sama halnya masyarakat menyerahkan nasib mereka kepada orang yang salah dan tidak bertanggung jawab. Karena sudah menjadi rumus bahwa seorang pemimpin yang menduduki suatu jabatan dengan politik uang,maka dia akan lebih berkonsentrasi untuk bagaimana caranya mengembalikan uang yang sudah banyak dia keluarkan untuk membeli suara dari masyarakat tersebut. Sehingga, tak heran kalau nasib masyarakatnya menjadi terabaikan, padahal uang yang diterima masyarakat dari pemimpin tersebut tidak sebanding dengan seberharganya nasib mereka ke depan.

Money politics mendidik masyarakat menjadi orang yang materialistis semuanya bisa dibeli dengan uang, bahkan nasibpun bisa dibeli dengan uang seharga sekian ribu. Karena terlalu dimanjakan dengan tradisi politik uang setiap ada pemiliha umum, tak khayal untuk memberantas dan memusnahkan politik uang merupakan tugas berat yang harus dipikul negara ini. Untuk itu diperlukan kerjasama yang sinergis seluruh rakyat negeri ini tidak hanya pemerintah dalam memusnahkan tradisi politik uang ini, karena adanya peraturan saja belum menjamin berkurangnya politik uang. Dan perlu adanya perbaikan regulasi mengenai politik uang, menginggat peraturan yang sekarang belum memberikan efek jera kepada para pelakunya terbukti dengan makin maraknya politik uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun