Senja itu saya nongkrong sendirian di warung, asyik menyeruput kuah mi rebus yang panas mengepul, menghangatkan badan dari gerimis yang masih menetes. Nikmaaaattttt!!! Kita semua tahu, ada buku yang berjudul Never Eat Alone. Nah, sekarang ini saya justru merekomendasikan sebaliknya : EVER EAT ALONE! Khususnya bagi para kaum perempuan yang doyan makan dengan cara nongkrong di warung seperti saya, dan membenci makan dengan cara dibungkus untuk dimakan sendirian di kamar seperti saya juga. Kenapa? Karena :
(a) hanya dengan makan sendirian, maka saya akan mampu menikmati dan menghayati rasa setiap suapan masakan yang saya makan. Jika saya makan berdua, bertiga, apalagi rame-rame, o ho ho, saya lebih menikmati ngobrol, ngrumpi dan haha hihi daipada rasa makanan yang saya makan. Betul kan?
(b) ketika saya makan sendirian, raut dan eksresi saya akan berubah dari ekspresi lapar menjadi ekspresi kenyaaaaaang yang memuaskan…nah, hal ini akan membuat sang koki merasa tersanjung lantaran masakannya diterima pasar….apalagi jika saya sampai bersendawa….waaahhh, dijamin sang koki pasti akan amat sangat tersanjung. Tidak percaya? Coba saja! Apalagi jika di lain waktu saya kembali makan di warung yang sama, entah sendirian entah bersama teman, paaaaasti sang koki akan merasa amat amat sangat tersanjung sekali banget….
Maka dari itu, wahai kaum perempuan, lupakan saja anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa perempuan tidak etis dan tidak sepantasnya makan sendirian di warung…dengan makan sendirian di warung toh tidak ada kode etik yang kita langgar, dan kita toh masih lebih etis daripada para peselingkuh (ya iyalah, dengan makan sendirian kan kita tidak sedang selingkuh toh?) dan lebih etis dari para koruptor (karena kita membayar apa yang kita makan….)
Semarang, 15 Mei 2011
Diary of being single and happy…upss, I mean being single and very happy!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H