Mohon tunggu...
KKN Desa Cidadap
KKN Desa Cidadap Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa KKN IPB University dan Universitas Majalengka

Kami merupakan mahasiswa KKN dari IPB University dan Universitas Majalengka di Desa Cidadap

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Manajemen Pendidikan Anak

16 November 2022   05:42 Diperbarui: 16 November 2022   05:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis : Kelompok 18, Annida Rahma, Maulida Afiyah Heriyadi, Nadiyah Rasyidah, Nilam Khoirun Nisa.

Menurut Iqbal Rukmana, Humas Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, terdapat lebih dari 1000 anak yang putus sekolah di tingkat SD pada tahun 2021 dan menjadi yang tertinggi dibandingkan tingkat lain. Menurut Mujiati et al 2018, anak yang putus sekolah dapat disebabkan oleh lemahnya ekonomi keluarga. Padahal, pendidikan berperan besar dalam mengembangkan dan mempersiapkan SDM yang kompeten dan mampu bersaing serta memiliki rasa kebersamaan dengan sesamanya (Alpian et al, 2019).

Manajemen sumberdaya keluarga adalah implementasi dari proses pemanfaatan sumberdaya keluarga yang ada untuk mencapai suatu tujuan (Juniarti 2008). Ketidakberdayaan sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya disebut kemiskinan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan (Solikatun et al., 2014). Putus sekolah memiliki definisi sebagai mereka yang pernah bersekolah di salah satu jenjang pendidikan, tapi pada saat survey dilakukan mereka tidak terdaftar secara resmi di jenjang pendidikan formal tersebut (Septiana dan Wulandari 2012 dalam Desviana 2020). 

1. Pengaruh Ekonomi Terhadap Pendidikan Anak

Menurut Nurhayani 2017, orang tua dengan ekonomi tinggi tidak akan terlalu kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya dibandingkan yang sebaliknya. Sehingga, kondisi ekonomi orang tua akan berpengaruh pada tinggi rendahnya pendidikan sang anak. Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian Larasati 2019, keluarga miskin memiliki penghasilan yang tidak menentu dan rata-rata dibawah 1 juta. Hal itu membuat mereka kesulitan dalam menyisihkan uang untuk pendidikan anak karena ada prioritas kebutuhan lain yang harus dipenuhi, seperti pangan. Pendidikan yang semakin tinggi juga menyebabkan biaya yang dibutuhkan semakin besar yang menyebabkan ketidaksanggupan keluarga untuk membayar. Sehingga, berdampak pada anak yang putus sekolah. Hal itu membuat sang anak memilih untuk bekerja, baik atas permintaan pribadi anak maupun permintaan orangtua, untuk membantu perekonomian keluarga.

2. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak

UUD RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV Pasal 7 Ayat (2) menjelaskan kewajiban orang tua dalam memberikan pendidikan dasar untuk anaknya yang masih dalam usia belajar. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah jenjang pendidikan menengah, seperti SD dan SMP. Menurut Kemendikbud 2019, orang tua juga memiliki peran untuk memotivasi minat dan bakat anak dalam proses tumbuh kembangnya. Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian Larasati 2019, orang tua percaya bahwa pendidikan anak itu penting. Mereka pun telah berusaha menjalankan perannya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan sang anak dengan menyediakan fasilitas pendidikan berupa seragam sekolah, buku, dan lain sebagainya, walaupun tidak secara optimal. Motivasi belajar juga telah diberikan kepada sang anak agar anak memiliki semangat untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

3. Manajemen Pendidikan Anak Dalam Keluarga Miskin

Menurut Rohmat 2017, manajemen yang baik dilakukan dengan mengoptimalkan sumberdaya dalam keluarga untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Dalam penelitian ini, tujuan yang dimaksud adalah pendidikan sang anak. Pendidikan diharapkan dapat membentuk karakter yang baik serta menambah ilmu pengetahuan dan wawasannya. Berdasarkan hasil wawancara, saat masih sekolah, anaknya yang lebih berperan dalam melakukan manajemen terhadap pendidikannya dibandingkan orang tuanya. Itu terjadi karena orang tuanya tidak terlalu mengerti pentingnya manajemen atau membuat rencana jangka panjang bagi sang anak. 

Dalam melakukan manajemen, sang anak telah melakukan identifikasi masalah terkait biaya sekolah. Setelah itu, mereka memanfaatkan sumberdaya yang ada berupa kerabat untuk membantunya terkait biaya pendidikan. Lalu, tak lupa juga mereka berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar diperlancar urusan memperoleh itu yang terkait dengan nilai religius. Pada penelitian Larasati 2019, ditemukan juga bahwa beberapa orang tua di sana belum melakukan manajemen terhadap pendidikan anaknya, begitupun sang anak.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Keluarga Miskin Dalam Manajemen Pendidikan Anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun