Kalian pasti udah enggak asing sama judulnya, Filosofi Teras adalah judul buku karya Henry Manampiring yang menjadi National Best Seller. Buku ini mengenalkan istilah filsafat, "stoisisme", berasal dari kata "stoa" dalam Bahasa Yunani yang  merupakan teras berpilar, tempat sang filsuf, Zeno, mengajar filosofinya 2300 tahun yang lalu. Karena istilah "stoisisme" yang cenderung sulit diucapkan, maka penulis menerjemahkan istilah tersebut dan menyebutnya Filosofi Teras.
Isi dari buku ini menjelaskan tentang penerapan dari filsafat stoisisme di kehidupan sehari-hari. Walaupun membahas filsafat, buku yang berisikan 12 bab ini cukup mudah dipahami oleh orang awam. Pada bagian awal buku, penulis memaparkan hasil surveynya mengenai kekhawatiran hidup seseorang. Dilanjutkan dengan penjelasan dan tujuan dari Filosofi Teras, dikotomi kendali, mengendalikan interpretasi dan persepsi, memperkuat mental, hidup diantara orang menyebalkan, menghadapi kesusahan dan musibah, menjadi orang tua, kematian, hingga mempraktikkan Filosofi Teras.
Tujuan utama dari Filosofi teras adalah hidup dengan emosi negatif yang terkendali, dan hidup dalam kebajikan, bagaimana kita hidup sebaik-baiknya seperti seharusnya kita menjadi manusia. Dalam stoisisme, pencapaian-pencapaian duniawi seperti kekayaan, popularitas, dan karir tidak dipentingkan. Sebaliknya, jika seseorang memiliki rasa tentram, suka cita yang tidak mudah goyah di situasi apapun, peduli dengan sosial, hidup dalam kebajikan, maka itulah hasil dari praktik stoitisme.Â
Adapun mengapa stoisisme masih tetap relevan di masa kini karena:
- Stoisisme ditulis untuk menghadapi masa sulit. Filsafat ini tidak menjanjikan materi ataupun damai di akhirat, melainkan damai dan tentramyang kokoh di masa sekarang. Kenapa bisa kokoh? karena kedamaian dan ketentraman tersebut berakar dari dalam diri kita, sehingga tidak terpengaruh faktor eksternal yang mungkin akan berubah ataupun hilang.
- Stoisisme dibuat untuk globalisasi. Filosofi ini mengajarkan bahwa kita semua adalah saudara dalam kemanusiaan, hal ini akan mengurangi pemecahan golongan karena satu dan lain hal.
- Stoisisme adalah filsafat kepemimpinan. Seseorang perlu memprioritaskan pengendalian diri sebelum mencoba mengendalikan kehidupan dan orang lain. Stoisisme juga membekali para pemimpin untuk tegar di dalam kegagalan dan rendah hati saat sukses.
Buku ini cocok banget buat kalian yang suka ngerasa khawatir, cemas, baperan, susah move on, atau mudah tersinggung, karena di dalamnya dijelaskan bagaimana mengatur emosi dan melatih diri dalam membayangkan hal buruk agar lebih siap. Dengan bahasa yang mudah dipahami, banyaknya ilustrasi, dan adanya intisari di setiap bab, gak heran kenapa buku ini bisa jadi Best Seller!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H