JAGO DAN JANI BETAH DIKANDANG YANG BERSIH
      Hari raya kali ini memang berbeda dengan hari raya di tahun-tahun sebelumnya. Hal itu karena ada wabah Covid 19 atau Corona Virus Disease yang menyerang negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hari raya yang biasanya bisa saling silaturrahmi dan  mengunjungi keluarga serta handai taulan dengan banyak makanan dan kue dirumah. Namun tahun ini, lebaran hanya bisa dirumah saja. Sholat Idul Fitri di rumah, Silaturrahmi dengan keluarga juga di rumah melalui dunia maya seperti Telpon, Whatsapp, videocall dan lain sebagainya.
      Pada suatu hari, di desa Matahari, sebuah desa yang terletak tidak begitu jauh dari kecamatan Bulan, warganya juga melakukan segala aktifitas hari raya di rumah. Termasuk sholat Idul Fitri dan silaturrahmi. Bu Rodiyah, adalah salah satu penduduk desa Matahari. Pagi itu, Jarum jam menunjukkan pukul 06:30 pagi. Hampir semua keluarga di desa itu bangun pagi untuk bersiap-siap masak, menyiapkan kue lebaran, mandi, sarapan serta sholat Idul Fitri di rumah bersama keluarga masing-masing.
Pagi itu, seperti  biasa, Keluarga bu Rodiyah selalu bangun siang dari pada tetangga-tetangganya.  Setelah melakukan sholat Idul Fitri bersama anak perempuan dan menantu serta cucunya di rumah, mereka pun saling bermaaf-maafan satu dengan lainnya. Pukul 10:00 pagi, mereka baru selesai melakukan kegiatan rumah dan sarapan. ,"Aku mau memberi makan Jago dan Jani dulu," kata bu Rodiyah kepada Wulan, anak perempuannya yang sedang menyuapi anaknya yang berumur 3 tahun. ,"Iya bu," jawab Wulan.
      Bu Rodiyah kemudian berjalan ke arah luar dapur menuju kebun rumah yang luas dengan pagar tembok yang sangat tinggi. Namun, kondisi kebunnya seperti tak terurus dan banyak rumput liar meski ada juga beberapa pohon pepaya dan pisang. Sepertinya, Bu Rodiyah dan keluarganya hanya mengambil buah pisang dan pepaya saat berbuah, tapi tidak mau merawatnya.  Setelah beberapa saat mencari kesana kesini, bu Rodiyah mulai resah, Jago dan Jani, ayam yang baru tiga hari diberi oleh saudaranya dari desa sebelah raib entah kemana.
      ,"Wulan, ayo kesini bantu ibu mencari Jago dan Jani," teriak bu Rodiyah kepada anaknya. Wulan yang baru selesai menyuapi anaknya langsung berlari kaget. ,"Memang Jago dan Jani kemana bu? Kemarin masih ada," jawab Wulan sambil ikut mencari dengan menggendong anaknya. ,"Sepertinya, Jago dan Jani hilang bu. Jangan-jangan ada yang mencuri," Kata wulan kepada ibunya. Bu Rodiyah pun semakin bingung. Sayang sekali kalau ayam pemberian saudaranya yang sudah besar dan siap bertelur itu hilang. Padahal ia sangat ingin mempunyai banyak ayam.
      Pagi itu, saat subuh, sebenarnya Jago sudah berkokok untuk membangunkan tuannya. Namun Bu Rodiyah dan anaknya belum juga bangun. Seperti hari-hari biasanya, Bu Rodiyah dan anaknya memang selalu bangun siang.Â
Jago dan Jani yang merasa lapar, namun belum juga diberi makan, apalagi kondisi kandang yang sangat kotor dan tak terurus membuat  Jago dan Jani tidak betah. ,"Kita keluar saja dari sini jani," kata Jago kepada Jani. ,"Aku sudah tidak betah tinggal disini. Jarang dikasih makan, kotor. Disini kita tidak dipelihara dengan baik. Beda dengan tuan kita sebelumnya,"Ungkap Jago kepada Jani. ,"Iya, aku juga tidak betah tinggal disini. Tapi bagaimana kita bisa keluar, lihatlah, dinding tembok itu tinggi sekali," Jawab Jani dengan pesimis.
      ,"Kau lihat pohon Pisang yang roboh ke tembok itu. Kita bisa terbang dari situ," Ucap Jago dengan semangat. ,"Kau benar Jago, ayo kita coba, mumpung tuan kita belum bangun," Ucap Jani, ayam betina yang mulai kurus karena jarang diberi makan tuannya. Segera Jago dan Jani menuju pohon pisang yang roboh dekat tembok. Meski harus dengan usaha yang sangat keras, karena pohon pisang yang roboh ditembok itu tidak berada diujung tembok, akhirnya Jago dan Jani bisa keluar juga.
      ,"Kita mau kemana Jago," Tanya Jani kepada Jago yang sangat lega karena bisa keluar dari kebun tuannya. ,"Jangan khawatir, lihatlah disana banyak ayam-ayam teman kita yang sedang makan dengan lahapnya," Jawab Jago. ,"Tapi ayam-ayam itu ditunggui tuannya Jago. Pasti tuannya nanti akan mengusir dan memukul kita karena kita bukan miliknya. Apalagi aku sudah lemas, jarang makan. Aku takut tidak kuat lari nanti," jawab Jani Khawatir. ,"Kita coba saja Jani, dari pada kita kelaparan," Jawab Jago. Jani pun mengikuti di belakang Jago.
      Di kebun yang berjarak dua rumah dari rumah tuannya itu, jago melihat seorang kakek  sedang memberi makan ayam peliharannya yg cukup banyak. Jumlahnya sekitar 12 Ekor, besar dan kecil. Jago melihat ada tiga ember katul bercampur nasi yang sedang dimakan ayam-ayam dengan lahapnya. Segera ia menuju ember yang agak jauh dengan pemilik ayam yang sedang menunggui peliharaannya makan.