Kebiasaan kecil yang kita ulang setiap hari perlahan membentuk siapa kita di masa depan. Sering kali, kita merasa sulit untuk memulai kebiasaan baik, tapi begitu sudah terbiasa, semuanya terasa lebih mudah dan bahkan otomatis dilakukan. Saya ingin berbagi pengalaman pribadi tentang bagaimana membangun kebiasaan yang konsisten dan manfaat yang kita rasakan dari kebiasaan tersebut.
Ketika anak-anak saya masih bayi, saya sudah bertekad untuk membangun pola tertentu bagi mereka. Saya sebagai ibunya melalukan kebiasaan-kebiasaan pada bayi saya, misalnya, bangun pagi, saya pipiskan mereka, selesai makan, saya lap bersih mulut tangan dan mengelap tubuhnya lalu mengganti bajunya, atau saya membiasakan memberi mereka minum air putih setelah makan, mengajak berdoa sebelum makan dan tidur serta berdoa setelah bangun tidur. Saat usia mereka batita saya juga membuat kebiasaan-kebiasaan seperti ini: saat pulang ke rumah, sepatu harus diletakkan pada tempatnya, kaki dan tangan dicuci, atau mandi terlebih dahulu. Jika pulang setelah bepergian cukup lama---seperti dari sekolah atau bekerja---mereka juga harus mengganti baju dan memasukkan baju kotor ke keranjang. Saya menerapkan pola ini setiap hari sejak mereka kecil, dan hasilnya, kini kebiasaan tersebut sudah menjadi rutinitas di rumah kami. Jika ada satu langkah yang terlewat, rasanya ada yang kurang!
Ketika anak-anak mulai masuk TK, saya menambahkan pola baru. Setelah rutinitas pulang yang sudah biasa mereka lakukan, mereka makan siang, mengerjakan PR, lalu tidur siang. Awalnya, saya harus membimbing dan mengingatkan mereka, tapi lama-kelamaan, mereka melakukannya sendiri tanpa perlu diingatkan.
Apa Itu Kebiasaan?
Menurut KBBI, kebiasaan adalah pola yang dilakukan berulang kali sebagai respons terhadap situasi tertentu. Dalam bukunya Atomic Habits, James Clear menjelaskan bahwa kebiasaan adalah perilaku yang diulang cukup sering hingga menjadi otomatis. Salah satu teknik yang ia perkenalkan adalah Habit Stacking, yaitu mengaitkan kebiasaan baru dengan kebiasaan lama. Semakin sering kita mengulang suatu pola, semakin besar kemungkinan itu menjadi bagian dari hidup kita. Contoh Habit Stacking:
Setelah bangun pagi (kebiasaan lama), saya akan langsung berdoa dan melipat selimut (kebiasaan baru).
Setelah menyalakan komputer di pagi hari (kebiasaan lama), saya akan menuliskan to-do list untuk hari ini (kebiasaan baru).
Membangun kebiasaan baik sejak dini sangat membantu. Bagi anak-anak saya, mereka jadi lebih disiplin dan teratur. Bagi saya sendiri, saya tidak perlu terus-menerus menegur atau mengingatkan mereka. Win-win solution!
Kebiasaan dalam Kehidupan Sehari-hari
Saya juga memiliki kebiasaan pribadi dalam pekerjaan domestik maupun profesional yang akhirnya menjadi otomatis. Di hari kerja, alarm saya selalu berbunyi pukul 05.00. Saya berdoa, melipat selimut, mematikan AC, mematikan lampu teras, dan mulai memasak. Pukul 06.30, sarapan sudah terhidang di meja demikian juga dengan bekal makan siang sudah ready. Pukul 07.00 saya sudah siap berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, saya mengisi absensi, mengisi botol minuman, menyalakan lampu, AC, komputer, dan menulis to-do list. Setelah itu, saya mengambil waktu untuk saat teduh sejenak, lalu mengecek email dan bahan ajar yang sudah saya siapkan sebelumnya. Setiap hari, saya juga menyusun lesson plan untuk minggu berikutnya.