Lelaki itu diam,
tapi nafasnya sibuk merapal mantera,
mencari belahan jiwanya dalam belantera malam.
"Dimana kau, wahai pemilik mimpi-mimpiku. jangan kau menghilang. Aku tak mau terjaga dalam pekat dosa dan duka, sendirian.."
Lelaki itu tertunduk kaku,
jemarinya mengais-ngais tanah,
ia coba melukis mimpi baru dalam gelap,
ia malah temukan luka,
"Jika sekepul syair tak bisa membawamu pulang, aku tak keberatan tinggal dalam luka, bersamamu..",
bisiknya pelan
Lelaki itu kembali dalam dekapan mimpi usang,
tapi ia belum mau menyerah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H