Kemungkinan besar, hari ini atau nanti kita akan mengalami titik dimana kita membandingkan diri dengan pencapaian teman, keluarga atau orang lain, apalagi ketika muncul pertanyaan-pertanyaan toxic yang terlontar pada diri yang sedang down. Mungkin, banyak dari kita yang pada akhirnya ingin menyerah.
"Temanmu sudah punya rumah mewah dan banyak aset, kamu kapan?" "temanmu sudah menikah, kamu kapan?" "skripsiku belum selesai padahal temanku sudah lanjut S2"
Seolah hidup ini adalah sebuah pertandingan yang harus saling berlomba mencapai garis finish. Setiap orang merasa berhak menentukan standarnya pada orang lain. Akhirnya, kita berlomba terus menerus hingga membuat stres diri sendiri karena tak mampu bertahan untuk mencapai tujuan.Â
Ketika menjumpai berbagai penolakan, kita pun merasa tertinggal dan membuat suasana hati menjadi lebih buruk. Â Hal ini perlahan membuat diri semakin tertekan dengan tuntutan sekitar yang hanya mementingkan egonya. Mirisnya, lingkungan selalu menjadikan diri sebagai sasaran untuk selalu dijatuhkan.
Padahal setiap orang punya start yang berbeda-beda, setiap orang punya jalannya masing-masing. Toh rejeki sudah diatur oleh Tuhan. Hidup bukan perkara siapa yang lebih dulu mencapai titik tertentu, stop memperlombakan diri sendiri dengan orang lain apalagi memperlombakan orang lain. Setiap orang punya waktunya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H