Seorang ibu muda tampak melihat-lihat jajaran rempah di hadapannya. Sesekali, ia melihat ke arah meja depan, hendak bertanya pada Pria penjaga toko. "Pak, punya Daun Jati Cina gak?" tanyanya. "Iya ada, mau berapa?" ujar pria penjaga toko. "1 bungkus aja. Enak itu ke perut, jadi lancar (Red-BAB) saya tiap hari," ucap sang Ibu sumringah. "Ini, 1 ons Rp. 10.000 ya,"kata si Pria sambil menyodorkan sebungkus Daun Jati Cina kering yang sudah siap diseduh. Rista, ibu muda berusia 27 tahun itu mengaku sudah 3 kali membeli Daun Jati Cina di Toko Babah Kuya.
Menurutnya, daun tersebut ampuh untuk melancarkan pencernaan dan sistem pengeluaran di tubuhnya, sehingga perutnya tak lagi merasa begah karena setiap hari lancar buang air besar.Â
Selain Rista, ada juga Lilis. Ia mengaku sering terserang Kaligata dan direkomendasikan datang ke Toko Babah Kuya untuk membeli ramuan rempah khusus. "Pak, saya sering kena Kaligata. Pake apa ya obatnya?" kata Lilis. "Ada ini ramuannya. Ini tinggal diseduh satu sendok penuh. Diseduh air panas terus masukin ke gelas tinggi. Diminum tiap pagi dan sore ya," terang si Pria penjaga toko.
Penjaga toko yang juga merupakan generasi ke-5 pemilik toko Babah Kuya ini bernama Tan Han Yang atau lebih dikenal dengan nama Hendra Tanuwirja.Â
Pria berusia 54 tahun ini begitu cekatan dalam menyarankan ramuan rempah apa yang cocok untuk para pelanggan tokonya. Ia pun selalu memberikan informasi cara penyeduhan atau pemakaian rempah yang pelanggannya beli.
Kemampuannya dalam meracik rempah untuk obat-obatan memang tak perlu diragukan lagi. Kedua pelanggannya tadi mengakui bahwa ramuan rempah diberikan oleh Hendra, ampuh mengobati penyakitnya. Hendra memang tak pernah secara formal mengenyam pendidikan obat-obatan berbahan rempah.Â
Kemampuannya meracik rempah, dimiliki ia secara otodidak berkat membantu orang tuanya menjaga toko rempah milik keluarganya tersebut.Â
Secara turun temurun, Toko Babah Kuya, memang dikelola oleh keluarga. "Ilmu" serta kemampuan meracik obat-obatan berbahan rempah memang selalu diajarkan para tetua keluarga pada anak-anak maupun cucu-cucunya.
"Pertama kali toko ini didirikan oleh Buyutnya Buyut saya, yang dulu dikenal tetangga daerah sini dengan sebutan Babah Kuya. Babah Kuya sendiri bernama Tan Sioe Houw. Didirikan sekitar tahun 1838, dulu bangunan ini bukan berbentuk rumah, melainkan gudang tempat penyimpanan stok rempah-rempah, sekaligus tempat jualan.Â
Dari dulu ya bangunannya tampak seperti ini, cuma sekarang agak luas karena pernah sedikit dilebarkan.," ucap Hendra. Nama Babah Kuya merupakan panggilan tetangga terhadap Tetua keluarga Hendra. Kata "Kuya" dibubuhkan dengan alasan karena di toko tersebut terdapat berbagai pajangan berbentuk Kura-Kura.