Teknologi adalah suatu keniscayaan yang tidak akan terbantahkan. Kenapa? Karena tanpa disadari, perkembangan teknologi telah mengubah hampir seluruh sektor kehidupan. Mulai dari segi pembangunan, infrastruktur, politik, ekonomi, dan bahkan masuk ke hubungan paling dasar dari manusia itu sendiri yakni humanisme.
Perilaku manusia menjadi beraturan dan cenderung memiliki kemiripan. Hal ini terlihat jelas dari pola bisnis yang berkembang saat ini. Interaksi berbuah transaksi kini tidak hanya mengandalkan face to face saja, melainkan bisa melalui mesin atau interaksi yang tidak "tampak".Â
Lihat saja berapa banyak platform penjualan yang berkembang saat ini, mulai dari market place yang booming seperti Bukalapak, Tokopedia, Shoppee, dan masih banyak lainnya. Semua hal itu kemudian membuat branding yang mampu menciptakan perubahan perilaku mereka yang terpengaruh akan branding tersebut.
Dalam sebuah kuliah umum di ITB, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos, dan Informatika dari Kementrian Komunika dan Informatika RI, Dr. Ir. Ismail MT, pernah menuturkan bahwa sebagai negara yang berpenduduk luar biasa, Indonesia memiliki potensi pengembangan ekonomi digital yang tak kalah besarnya. Dari sekitar 265 juta penduduk Indonesia, dengan penetrasi sebesar 50 persen, penduduk Indonesia memiliki dominasi yang kuat terhadap perilaku pengguna internet, perangkat selular, serta pengguna aktif media sosial.
Secara nyata, ada 3 sektor yang melatar belakangi perubahan ekonomi digital di Indonesia. Hal ini terlihat dari berkembangnya sektor transportasi, sektor keuangan, dan juga sektor industri. Pada sektor transportasi, munculnya ojek/taksi online membawa perubahan pada banyak hal, baik dalam transaksi dan juga perilaku customer. Adanya platform jasa semacam ini mengubah model bisnis dunia trasnportasi, begitu pun dengan mekanisme bisnisnya.
Hal serupa juga terjadi di sektor keuangan, dimana bermunculannya fintech yang membuat perilaku konsumen terhadap kemudahan bertransaksi dan munculah gerakan cashless. Akibatnya perubahan pada sektor industry pun tidak terelakan lagi. Di dunia bisnis, perubahan disruptif semacam ini muncul akibat hadirnya artificial intelegence, block chain, cloud computing, big data, hingga security di bidang teknologi.
Prediksi ini pun seolah diamini oleh Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf. Dalam beberapa pemberitaan di media online arus utama, dia menyampaikan sejak dua tahun lalu, Google Indonesia berkolaborasi dengan Temasek untuk melakukan riset terkait pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Tahun ini, Google Indonesia bahkan sudah merilis data-data positif yang menunjukan dan memprediksi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan sangat melesat di tahun 2025. Munculnya layanan bisnis seperti Gojek maupun Grab semakin mendorong peningkatan masyarakat Indonesia dalam mengakses internet dengan cara termudah sekalipun. Â Pertumbuhan perusahaan daring ini pun diteliti oleh Google Indonesia. Berdasarkan data Google Indonesia, nilai sebesar US$3,7 miliar di semester 1 2018 dan diprediksi akan meningkat jadi senilai US$14 miliar pada 2025.
Timnya menyakini bahwa tahun 2018 adalah tahun yang tepat dimana para pembisnis start up menemukan gemilangnya. Startup di bisnis digital sejak tahun 2015 ini bahkan terus melesat dari menjadi internet ekonomi di Asia Tenggara yang tumbuh sebesar US$ 27 miliar. Fantastis bukan? Berminat menjadi startup digital?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H