Mohon tunggu...
anne rufaidah
anne rufaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas, Penyuka Jajan dan Jalan-Jalan

Menyukai hal bernuansa Humaniora, Budaya, Seni, dan Bersenang-senang dengan berbagai cara :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Transformasi Kepemimpinan ala Ignasius Jonan

17 Oktober 2018   16:16 Diperbarui: 17 Oktober 2018   17:56 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ignasius Jonan saat mengisi acara di ITB / Foto : Anne Rufaidah

BANDUNG - Perombakan sistem dan pengelolaan PT Kereta Api Indonesia beberapa tahun silam, memberikan sorotan yang mencolok dari publik. Pelayanan yang semakin baik diiringi fasilitas yang layak sebagai transportasi publik, membuat kereta api dilirik kembali sebagai moda transportasi massal yang nyaman sekaligus hemat.  Hal ini tak lain berkat reformasi sistem yang dilakukan oleh Direktur Utama PT KAI di era 2009-2014, Ignasius Jonan.

Kini, di sela kesibukannya menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDN) RI, pria yang akrab disapa Jonan ini pun masih sempat menghadiri sharing session di Institut Teknologi Bandung (17/10/2018). Dihadiri oleh lebih dari 700 mahasiswa ITB, Jonan menyampaikan materi perihal transformasi kepemimpinan yang telah dilakukannya selama ia menjabat di suatu institusi, mulai dari saat ia menjadi banker, Direktur Utama PT KAI, Menteri Perhubungan RI, hingga kini menjabat Menteri ESDM RI.

"Perubahan itu harus dilakukan dan perubahan itu dilakukan oleh seorang pemimpin yang mau bertransformasi untuk memimpin institusinya agar menjadi lebih baik dan lebih maju,"ujarnya di sela-sela acara.

Pria lulusan Universitas Airlangga ini pun mengaku, berbagai tantangan sulit kerap ia hadapi dalam melakukan sebuah perubahan. Tidak hanya dari bawahannya namun juga mereka yang memiliki jabatan setara. Ia menyakini bahwa seorang pemimpin harus memiliki target yang jelas dalam merealisasikan visi dan misi institusinya.

"Saya menyakini bahwa memimpin itu targetnya adalah hasil yang jelas, realisasi visi dan misinya, bukan soal popularitasnya,"tegasnya.

Dalam melakukan perubahan, Jonan mengumgkapkan ada beberapa hal yang setidaknya harus dilakukan oleh seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin harus merasa penting untuk melakukan sebuah perubahan. Kedua, pemimpin tersebut harus bisa mencari banyak pendukung untuk melakukan perubahan tersebut. Ketiga, pemimpin harus bisa membuat visi/ Keempat, pemimpin tersebut harus bisa mengkomunikasikan visi yang dibuatnya. Kelima, menyingkirkan segala hambatan yang ada. Keenam, merencanakan dan menciptakan jangka pendek yang sistemati. Ketujuh, menguatkan perubahan, serta Kedelapan, menanamkan perubahan itu dalam budaya perusahaan.

Hal tersebut dikutip Jonan dari teori leading change by John Kotter, dan ia menyakini bahwa saat hal tersebut dilakukan dengan benar dan konsisten, maka perubahan baik akan terjadi pada institusi yang dinaunginya.

"Andai kata saat itu saya tidak keras melakukan perubahan pada PT KAI, mungkin kondisi perkeretaapian kita saat ini akan tetap sama saja. Selama 20 tahun saya pernah menjadi seorang banker, dan saya tidak mengerti sama sekali mengenai transportasi publik. Namun, yang coba saya lakukan adalah memahami semangat PT KAI untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat dengan baik,"paparnya.

Empat tahun berlalu sejak Jonan berhenti menjadi Direktur Utama PT KAI, namun sistem aturan yang dibangunnya saat itu, tetap dipertahankan hingga kini. Jonan mungkin pantas berbangga diri karena setidaknya, ia mampu melakukan perombakan besar dalam tubuh BUMN tersebut. Hal yang sama mungkin akan dilakukan Jonan dengan jabatannya saat ini dan itu pasti tidak mudah.

Diakhir sesi sharing tersebut, Jonan menutupnya dengan kutipan Mahatma Gandhi "You must be the change you wish to see in the world,".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun