Mohon tunggu...
ANANDITA WARDANI
ANANDITA WARDANI Mohon Tunggu... -

AW | Mahasiswi | Ada untuk Merubah Dunia | Indonesia BISA!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

“Macet Instan” Produk Unggulan Indonesia Selanjutnya?

6 November 2014   20:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:27 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era super sibuk seperti saat ini, banyak orang yang lebih suka pada hal-hal instan. Mulai dari hal-hal kecil hingga yang lebih besar. Contohnya saja seperti banyaknya minuman dan makanan instan dimana-mana. Kemudian mulai menjamurnya tempat-tempat yang menyediakan jasa laundry. Semakin bertambahnya kendaraan bermotor dan truk-truk pengangkut barang yang wira-wiri di jam-jam sibuk. Jaman yang serba instan ini semoga tidak menjalar pada kehidupan yang instan pula. Kemacetan yang menjadi semakin instan

Sadarkah Anda bahwa dengan semakin bertambahnya kendaraan yang berlalu-lalang maka semakin bertambah pula polusi udara yang akan menjadi tabungan penyakit dan racun yang akan merugikan dan mempengaruhi kesehatan kita. Di negara-negara maju seperti Jepang, Hongkong, Singapura, dan banyak negara di Eropa yang memillih untuk “Berjalan Kaki” dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari. Lalu bagaimana dengan Indonesia?...

Indonesia saat ini tengah di hadapkan dengan salah satu persoalan yang sudah menjadi rahasia umum. Macet Instan. Jalan sedikit macet, berangkat kerja, sekolah ataupun pergi ke pasar harus lebih awal. Waktu terbuang sia-sia di jalan, ahh.... sudah biasa. Sarapan pun sekarang tidak perlu dilakukan di meja makan. Sekarang zamannya sarapan di angkot, sarapan di antara kemacetan dengan diiringi suara-suara nyaring klakson kendaraan yang super merdu. Menunggu macet dengan membaca koran, mendengarkan musik, dan menonton video. Tapi sampai kapan?...... satu tahun lagi? Lima tahun lagi? Atau seratus tahun lagi? Ini lah yang harus segera kita selesaikan bersama-sama.

Langkah awal yang sangat dibutuhkan adalah kesadaran. Kesadaran yang timbul dari dalam diri sendiri akan menggerakkan hati dan memunculkan inisiatif untuk bertindak. Berbanggalah dengan menjadi pejalan kaki yang beretika. Pejalan kaki yang peduli lingkungan, sadar aturan lalu lintas dan pejalan kaki yang menjadi pelopor dan penggerak bagi yang lainnya. Ganti hal biasa yang tengah menjamur di perempatan jalan, pertigaan jalan, yaitu kemacetan dengan berbondong-bondong berjalan kaki. Selain menngurangi polusi juga membuat tubuh sehat.



Langkah kedua, jika terasa berat untuk berjalan kaki, hal yang bisa di pilih adalah bersepeda. Bayangkan jika teman satu kantor tiap pagi bersepeda bersama-sama menuju kantor atau para pelajar berangkat ke sekolah dengan bersepeda. Pasti akan meningkatkan kekompakan dan mengurangi macet tentunya. Fasilitas untuk pengguna sepeda santai juga semakin ditingkatkan di kota-kota besar dan sekitarnya. Contohnya saja di kota Balikpapan. Anda tidak akan sulit lagi menemukan ­space khusus untuk pengguna sepeda dan pejalan kaki. Di kota minyak ini pejalan kaki sangat dihargai. Ketika menyeberang pasti tidak akan sulit lagi meskipun pada saat itu keadaan jalan sangat padat. Para pengendara mobil dan sepeda motor pasti akan mengalah dan mendahulukan pejalan kaki.

1415253748378034803
1415253748378034803


Langkah ketiga, jika kedua hal di atas terasa berat maka pilihan ini patut untuk dicoba. Membudayakan angkutan masal untuk semua. Transportasi umum saat ini sudah banyak dan mudah untuk di tempuh. Di jalur darat ada angkutan umum, bus, kereta, dan taksi. Di jalur laut tentunya ada kapal feri dan kawan-kawannya. Di jalur udara ada pesawat komersial, pesawat perintis dan helikopter. Angkutan masal saat ini sudah semakin bagus pelayanannya. Kini tinggal kesadaran dari diri kita sendiri.

Sudah siapkah menjadi pelopor perubahan untuk menjadi masyarakat yang peduli lingkungan?

Ataukah tetap ingin menjadikan ”Macet Instan” sebagai produk unggulan dari Indonesia?

Renungkan.

Salam

@annditaa

Indonesia Bisa!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun