Mohon tunggu...
Annas Pratama
Annas Pratama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menjalani studi S1 di UIN Maliki Malang, jurusan Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senior dan Junior

12 November 2014   16:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

DI lingkungan sekolah, organisasi maupun kampus, kita tidak asing dengan istilah senior dan junior. Senior adalah orang / anggota yang dianggap lebih tua atau lebih dulu bergabung dengan suatu institusi atau organisasi. Sedangkan junior sudah pasti adalah anggota yang baru bergabung. Jadi intinya senior adalah yang dituakan di dalam organisasi tersebut. Jadi untuk junior memanggil senior wajib dengan kak, abang, atau yang sudah di sepakati di organisasi tersebut.

Namun sering sekali senior menyalahgunakan predikatnya untuk membully adik – adik junornya. Hal ini sering terjadi di lingkungan sekolah. Kakak kelas melakukan berbagai hal yang bisa dikatakan menindas kepada yang lebih muda, seperti contohnya kakak kelas menyuruh – nyuruh adik kelas mereka, atau bahkan memalak uang jajan juniornya, hal ini tentu saja dengan ancaman dari senior. Praktek seperti ini sudah muncul sejak kita masih SD, pasti kita pernah merasakan dibully oleh kakak kelas.

Namun akhir – akhir ini praktek tersebut sudah mulai berkurang, karena sekolah mulai ketat mengawasi hal tersebut. Dan antara kakak kelas dan adik saat ini mulai bisa membaur. Dan bahkan ada adik kelas yang tidak respect ke kakak kelas.

Terkadang hingga ke organisasi, para senior memanfaatkan diklat sebagai ajang bully. Memang tujuan awal adalah membentuk mental dari junior, dan saya setuju akan hal tersebut. Namun yang menjadi masalah adalah jika oknum senior memanfaatkan hal tersebut untuk membully atas dasar balas dendam. Hal tersebut saya sayangkan, karena bukan mental yang akan terbentuk, namun balas dendam yang baru akan tertanam di mainset junior. Akhirnya di saat mereka menjadi senior, mereka akan melakukan hal yang sama kepada junior mereka lagi. Dan hal tersebut aka berulang – ulang seperti reinkarnasi yang tak bisa terputus.

Jika suatu kegiatan yang dianggap pembentukan mental, mental apakah yang akan terbentuk jika di bentuk dengan balas dendam. Mau tidak mau kita harus mengakui jika dendam kepada senior ada di diri kita masing – masing, tidak terkecuali saya. Namun jika kita dendam dan merasa tidak terima kepada senior, jangan lampiaskan kepada adik – adik junior kita. Seharusnya dendam ini harus dilampiaskan dengan positif kepada adik – adik junior, agar tradisi kedepan berubah dan generasi selanjutnya akan membentuk mental dan karakter tanpa dendam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun