Mohon tunggu...
Annas Pratama
Annas Pratama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sedang menjalani studi S1 di UIN Maliki Malang, jurusan Psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permasalahan dalam Pernikahan Dini

19 November 2014   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernikiahan dini pasti sudah tidak asing bagi kita. Banyak hal yang melatar belakangi pernikahan dini tersebut. Pasangan yang menikah di usia dini kebanyakan pada usia belasan tahun, bahkan saya pernah mendengar di luar negri anak perempuan yang masih di bawah usia 10 tahun sudah dinikahkan atau dilamar karena alasan menjaga keperawanan sangat sulit di masa depan.

Yang paling populer adalah pernikahan dini yang diakibatkan karena kecelakaan, atau hamil di laur nikah, hal ini jelas karena disebabkan oleh kenakalan reaja yang berpacaran terlalu intim, dan akibatnya anak perempun tersebut hamil dan menuntut laki – laki yang menghamilinya untuk bertanggung jawab. Dan bentuk tanggung jawab tersebut adalah menikahi perempuan yang dihamili. Jadi akhirnya terjadilah pernikahan di usia remaja mereka.

Selain karena kecelakaan, pernikahan dini bisa disebabkan karena perjodohan. Pada zaman dahulu kita sering mendengar tentang perjodohan, hal itu masih berlaku di masa kini di beberapa daerah. Entah di pedesaan maupun kota metropolitan sekalipun. Dan perjodohan ini sering dilaksanakan tanpa menunggu usia anak – anak mereka siap untuk menikah. Namun, pernikahan dini juga disebabkan karena kemauan dari pasangan. Karena merasa secara ekonomi sudah mampu, mereka menikah di usia remaja.

Alasan utama mereka adalah menghindari zina. Namun pernikahan dini ternyata menyebabkan berbagai permasalahan, penyebab utamanya adalah karena di usia mereka masih belum siap untuk berkeluarga, karena di usia remaja adalah masa – masa mereka bersenang – senang dan belajar menuju kedewasaan. Jadi pasangan pernikahan dini ini masih belum dewasa dan kekanak – kanakaan, mereka masih mengutamakan ego dalam menyelesaikan masalah.

Contohnya adalah teman saya, dia menikah setelah lulus SMA atas kemauannya sendiri, bukan karena perjodohan apalagi karena kecelakaan. Pernikahan mereka semakin jauh semakin banyak masalah, dan mereka sering bertengkar karena perbedaan paham. Dan mereka masih belum siap hidup bersama dalam perbedaan, karena masa pacaran dan sudah menikah pasti berbeda. Jadi untuk menikah dalam usia remaja, kita harus berfikir ulang apakah remaja bisa menanggung beban berkeluarga. Karena masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun