Mohon tunggu...
Annabelle Praya
Annabelle Praya Mohon Tunggu... profesional -

im a yoga addict, books nerd, art and culture freak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fanatisme, Alat Penyulut Peperangan

3 Juni 2011   20:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:54 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

kenapa sih kita harus berperang? kenapa satu agama membenci agama lainnya? menurut saya agama itu pilihan, anda mau beragama atau tidak beragama atau punya 3 agama sekaligus tidak masalah selama tidak mengganggu hak manusia lainnya, fanatisme terhadap salah satu kepercayaan berujung buruk, berujung peperangan,kebencian,fitnah dan permusuhan, dan anda semua bisa cari literatur agama mana yg menganjurkan permusuhan,  Saya di besarkan di keluarga yang plural dimana tidak diajarkan untuk membenci agama atau suku yang berbeda ,karena kebetulan di keluarga saya ada 3 agama dan 4 suku, dan saya bangga akan hal itu,karena bisa menjadi bukti bahwa perbedaan itu tidak selalu harus menjadi hambatan untuk saling menyayangi

fanatisme terhadap satu kepercayaan atau ideologi bisa menimbulkan kekerasan, kita bisa melihat sejarah  adolf hitler yang membantai 6 juta org yahudi selama perang dunia II, hitler menganggap ras  aria adalah berhala bagi dia,sehingga merasa sah jika membantai manusia lainnya, kita tidak mau sejarah berulang bukan? itu pun berlaku untuk israel yang membantai org palestina, dan kita bisa lihat bukan  ajaran  agamanya yg salah tp unsur politis di dalamnya yg memanfaatkan fanatisme sebagai alat untuk menciptakan peperangan untuk memperoleh kekuasaan.

apapun kepercayaannya fanatisme itu merusak dan menciptakan permusuhan dan kekerasan , belum lagi propaganda yang di ciptakan dari fanatisme  yang makin menimbulkan kebencian

apa salahnya kita saling menghargai dan berpikir positive.buka pikiran dan hati kita......

salam damai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun