Pemikiran yang terlalu berlebihan memberi asumsi hidup berada dalam zona orang lain terkadang merasa seperti halnya parasit, mereka yang ditempati tidak secara lahir memberitahu seperti itu, namun diri yang berada di antara mereka pasti memiliki asumsi seperti itu. Kecuali kontribusi nyata dan tindakan yang bisa diterima bisa meringankan beban zona nyaman.
Bagaimana tidak? Makan, minum, masalah pakaian, tindakan dan semuanya harus mengikuti aturan mereka. Padahal tahu bahwa tiap orang memiliki kehendak, keinginan dan rencana masing-masing. Jika ingin hati untuk berlari dari lingkungan itu namun ingat itu bukan cara yang tepat, karena ada sesuatu yang harus di tuntaskan dalam lingkungan itu. Mungkin boleh saja meminjam kata kasar "sejenak menumpang", memang begitu keadaan yang menggambarkan.
Menjadi seorang yang harus "membantu" sesuai apa yang di inginkan, mungkin itu imbalan jasa sederhana yang bisa dipakai menjadi kunci untuk menebas kata parasit.
Pada hakikatnya seorang manusia memang tidak di benarkan untuk memilih bergantung pada kehidupan orang lain namun apakah jiwa yang hanya bisa berencana ini mengetahui sebuah lika-liku jalan yang sesungguhnya untuk kedepan? Perihal suka duka bahagia luka? Sejenak pasrah menghadapi dan mengikuti apa kata atasan yang menjadi sarana Tuhan membantu hamba yang lemah, memang tepat menjadi pilihan untuk saat ini, namun jiwa ini berpinta, ini pasti segera berlalu meski bersama kepahitan yang dirasa, kemanisan yang hanya semata, nanti akan berbuah indah di waktu dan keadaan yang tepat.
Pada intinya hidup sukses, memiliki apa yang dibutuhkan, bisa membantu sesama, bermanfaat bagi alam semesta dan seisinya, mempunyai dana sebagai akses untuk mendapatkan gono gini, dalam bayangan pastilah itu sangat membahagiakan.
Tapi kembali dalam satu hal lagi, andai mampu mencukupi sesuai kebutuhan diri, masih mendapatkan makan, raga berada  dibawah atap sebagai tempat bermunajat, organ dalam tubuh yang kuat masih bekerja dengan sehat, sesungguhnya tiada lain Penguasa Jagat Raya hanya menyeru untuk Bersyukur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H